Page 23 - Keajaiban Sumur Tujuh
P. 23
"Ayo, kita keliling," kata Dewaputra. Putri Lenggangkancana
tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.
Dewaputra mengajak Nyi Putri berjalan-jalan mengitari taman sambil
menikmati keindahannya. Putri Lenggangkancana menurut saja sewaktu
tangannya digandeng oleh Dewaputra. Ia seperti kerbau dicocok hidung.
Dewaputra memetik sekuntum bunga anggrek, kemudian bunga itu
diselipkan di daun ditelinga Nyi Putri.
"Putriku, kau memang benar-benar cantik. Seperti bidadari dari
kahyangan."
"Ah....kau, bisa saja. Dewa....kalau kau tahu bidadari itu cantik,
mengapa kamu tertarik padaku, seorang manusia biasa?"
"Mengapa Putri bertanya begitu?" goda Dewaputra.
"Ah, tidak. Cuma ingin tahu saja," kata Nyi Putri sambil tersenyum
manis.
"Oh itu bagian dari perjalanan nasib, Putri. Makhluk itu hanya
berkeinginan dan berusaha. Tapi...yang menentukan hanya Dia," kata
Dewaputra sambil telunjuknya menunjuk ke atas.
"Aku percaya itu," sambung Nyi Putri.
Setelah lelah berkeliling, mereka beristirahat di tengah-tengah taman.
Kedua orang itu duduk di sebuah pondok sambil melepaskan lelah. Angin
yang berhembus pelan seolah membelai kedua orang muda yang tengah
saling menjajaki sifat masing-masing.
Putri Lenggangkancana kembali teringat akan nasibnya. Setelah
kembali menguasai dirinya, ia pun berkata.
"Dewaputra... secara pribadi, sebenarnya aku tidak keberatan
menerima tawaranmu. Tapi, bagaimana...ya?"
"Putri...?" kata Dewaputra sambil merangkapkan kedua tangannya
menyembah Nyi Putri. "Keterangan itu bagiku ... seperti angin surga."
"Dewa... kau harus ingat. Aku ini istri orang lain," kata Putri
17