Page 27 - Keajaiban Sumur Tujuh
P. 27

sang Wiku. Cuaca mendung dan udara terasa sangat dingin.
                 Tidak  banyak  orang  yang  mengetahui  bahwa  di  Gunung
            Megamendung  ada  sebuah  pertapaan  yang  didiami  oleh  seorang  wiku
            yang  sangat  sakti  mandraguna.  Dewaputra  terkenang  beberapa  puluh
            tahun ke belakang. Sambil memandang ke lembah yang curam di bawah
            gunung itu, ingatannya melayang ke masa lalu.
                 Sebagai  seorang  satria  kayangan,  sudah  sejak  kecil  ia  dididik  oleh
            orang  tuanya  untuk  bertanggung  jawab.  Saat  itu  Dewaputra  tengah
            bermain-main. Terbang dari awan yang satu ke awan yang lainnya. Dari
            atas awan ia melihat seekor burung yang sangat cantik. Terbang menuju
            sebuah gunung. Burung itu mirip burung camar, ekornya panjang, warna
            bulunya kuning keemasan. Dewaputra pun mengejarnya.
                 "Aku ingin memilikinya, bulunya sangat menarik," gumamnya.
                 Burung itu tampak menggoda Dewaputra. Semakin dikejar semakin
            lari  menjauh.  Tapi,  bila  yang  mengejar  itu  tak  nampak,  dia  kelihatan
            menunggunya.  Akhirnya,  burung  itu  pun  turun  dan  hinggap  di  sebuah
            pohon  yang  sangat  tinggi,  besar,  dan  rimbun.  Dewaputra  pun  terus
            mengejarnya. Burung itu melompat dari ranting yang satu ke ranting yang
            lainnya. Tanpa mengenal lelah Dewaputra terus mengikutinya.
                 Burung  itu  pun  masuk  ke  dalam  rimbunan  dedaunan.  Dewaputra
            tidak lagi terbang, tetapi ia menaiki pohon tersebut. Karena tidak hati-hati,
            kakinya pun terpeleset.
                 "Ooo...,”  pekiknya.  Dewaputra  pun  jatuh  ke  tanah,  tergolek  tak
            sadarkan diri.
                 Saat Dewaputra sadar, di sisinya telah ada seorang kakek berjanggut
            putih. Sang kakek yang ternyata seorang wiku jatuh kasihan pada anak itu.
            Akhirnya, berkat pengobatan yang telaten dari sang Wiku, luka di tubuh
            Dewaputra pun lekas sembuh.
                 "Kakek  terima  kasih,  engkau  telah  merawatku  dengan  baik.  Aku



                                            21
   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32