Page 28 - Keajaiban Sumur Tujuh
P. 28
berdoa semoga Hyang Tunggal membalas kebaikanmu," kata Dewaputra.
"Sudah kewajibanku menolong orang yang kena musibah. Anakku
siapakah namamu? Dari mana asalmu dan mengapa engaku naik ke pohon
yang sangat tinggi," kata sang Wiku penuh selidik.
"Namaku Dewaputra. Aku, berasal dari tempat jauh," kata
Dewaputra sambil tangannya menunjuk ke atas.
"Kahyangan?" tanya sang Wiku.
"Ya," kata Dewaputra mengangguk. "Aku tengah mengejar burung
yang sangat cantik, Kek. Burung itu mempermainkan aku. Aku kejar-kejar
terus. Ia terbang ke pohon yang tinggi. Saat naik pohon itu, aku tak hati-
hati."
Sebagai seorang manusia yang berasal dari kahyangan, walaupun
jatuh dari pohon yang sangat tinggi, Dewaputra masih ingat siapa dirinya.
Ia memiliki ketahanan fisik yang sangat baik.
"Kelihatannya kita memang sudah berjodoh, Nak. Maukah kau
menjadi muridku?"
"Dengan senang hati, Guru," kata Dewaputra. Ia berjongkok
mencium kaki sang Wiku sambil menghaturkan sembah.
"Berdirilah dan mari kita duduk," kata sang Wiku penuh haru dan
bahagia. Tadinya aku sudah putus asa untuk mencari orang yang bisa
kujadikan murid. Aku ingin mewariskan semua ilmuku. Oh, ternyata
Hyang Tunggal sangat adil dan bijaksana."
Sang Wiku menggembleng Dewaputra dengan tekun dan ulet. Begitu
pula Dewaputra, ternyata ia seorang yang sangat cerdas dan dapat
memahami semua bimbingan gurunya dengan cepat. Ilmu-ilmu
kedigdayaan, kesaktian, pengobatan, dan ilmu lainnya yang dapat
dijadikan sebagai bekal hidup dengan mudah dipahami dengan sempurna.
Hari berganti minggu. Minggu berganti bulan. Bulan berganti tahun.
22