Page 29 - Keajaiban Sumur Tujuh
P. 29

Tanpa terasa, Dewaputra mempelajari ilmu selama sepuluh tahun.
                 "Dewaputra, aku bangga padamu," kata sang Wiku.
                 "Terima kasih, Guru."
                 "Kau  sudah  boleh  meninggalkan  pertapaan  untuk  mengamalkan
            ilmumu."
                 Kini, Dewaputra menjadi seorang anak muda yang tampan dan penuh
            kedewasaan.  Gagah  perkasa  dan  sakti  mandraguna.  Sang  Wiku  sangat
            puas bercampur bangga melihat hasil yang luar biasa itu.
                 "Rasanya saya tak ingin berpisah dengan Guru."
                 "Aku juga begitu, Nak. Tapi, ilmu itu harus diamalkan dan kau harus
            menolong orang yang membutuhkan pertolongan. Pertapaan ini setiap saat
            terbuka  untukmu.  Kapan  saja  kau  datang,  aku  menerimamu  dengan
            senang hati."
                 "Baiklah, Guru."
                 Perpisahan dengan orang yang telah berjasa pada hidupnya, membuat
            Dewaputra  merasa  sedih.  Awan  mendung  mengiring  kepergiannya  dari
            pertapaan itu.
                 "Dewa...kemari!"panggil sang Wiku.
                 Lamunan  Dewaputra  pun  segera  buyar.  Ia  segera  berlari  menemui
            gurunya.
                 "Ya.. .Guru," katanya.
                 "Dewa,  aku  hanya  memberikan  dua  pilihan.  Pertama,  jika  kau
            berterus terang pada Baginda Prabu Siliwangi, pasti akan ada peperangan.
            Jika perang terjadi yang akan tersiksa adalah rakyat kecil. Kedua, jika kau
            diam-diam saja yang terancam hanya orang tua Putri Lenggangkancana.
            Tapi, orang tua Nyi Putri pun bukanlah orang sembarangan. Pasti mereka
            telah memikirkan jalan yang terbaik."
                 "Jadi, saya harus menghindari perang, Guru?"
                 "Itu  lebih  baik.  Bukankah  Nyi  Putri  telah  menerimamu  sebagai



                                            23
   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34