Page 34 - Keajaiban Sumur Tujuh
P. 34
"Paman Patih, kirim rombongan ke Pulosari. Tanyakan ke mana Putri
Lenggangkancana kepada orang tuanya. Kalau dalam seminggu ini Nyi
Putri tidak kembali, Paman harus tahu apa yang mesti dilakukan."
"Baik, Paduka," sembah Paman Patih dengan takzim.
Patih segera mengumpulkan orang-orang yang akan dikirim ke
tempat orang tua Putri Lenggangkancana. Setelah kumpul empat puluh
orang, Patih pun memberikan pengarahan.
"Hai Punggawa, kamu yang menjadi pemimpin dalam melaksanakan
tugas ini. Cari Nyi Putri ke Pulosari. Jika tidak ketemu, orang tua Nyi Putri
harus bertanggung jawab," kata Paman Patih sambil bertolak pinggang dan
mengacung-acungkan jari tangannya. "Pergilah sekarang juga! Waktumu
tidak banyak."
"Titah Paduka, hamba junjung," kata punggawa itu dengan khidmat.
Orang-orang yang tinggal di sepanjang menuju pertapaan Pulosari
kalang kabut. Banyak yang tidak berani keluar rumah karena takut pada
utusan Prabu Siliwangi yang tampaknya sedang penuh amarah.
"Sampurasun Pandita,” kata Ketua Punggawa.
"Rampes ... " jawab Pandita Puncakmanik.
"Begini, Putri Lenggangkancana tidak ada di keputren. Hilang tanpa
jejak. Baginda sangat murka dan kamilah sasarannya. Tolonglah kami
Pandita. Kami tidak banyak diberi waktu."
"Maaf, Ketua Punggawa. Nyi Putri tidak ke sini dan hamba pun tidak
diberi tahu dia akan ke mana," jawab Pandita Puncakmanik.
"Kami tidak mau tahu. Pokoknya Pandita harus membantu kami. Jika
kami tidak membawa hasil, Pandita tahu sendiri!" kata Ketua Punggawa
sambil jari tangannya diseleretkan ke lehernya.
Mendengar berita hilangnya Nyi Putri dari Keraton Pajajaran, Pandita
Puncakmanik tidaklah heran. Ia hanya sedikit terkejut karena didatangi
utusan yang begitu banyak dari Pajajaran.
28