Page 40 - Keajaiban Sumur Tujuh
P. 40

"Apakah yang lain sepakat?"
                   "Kami setuju," kata para ketua kelompok jin.
                   "Baiklah kalau begitu," kata ketua jin hijau.
                   Jin  utusan  itu  pun  terbanglah  secepat  kilat.  Ia  keluar  dari  Gunung
              Carelang.  Ia  terbang  kemana-mana,  meninjau  sana-sini  mencari  manusia
              yang sesuai untuk dinobatkan menjadi raja jin di Gunung Carelang. Suatu
              malam  yang  sangat  dingin,  jin  utusan  itu  kebetulan  melintas  di  wilayah
              Taman  Jomantara.  Kerlip  bintang  menambah  keindahan  taman  itu.  Ia
              merasa terkejut karena di atas awan ada sebuah taman yang sangat elok.
              Jin itu pun terbang di atas taman, kemudian mengelilinginya.
                   "Milik siapakah taman yang begini indah," gumamnya. "Ini pasti ada
              pemiliknya. Dari jauh ia melihat sebuah pondok di tengah-tengah taman.
                   Jin  utusan  itu  sangat  berbahagia  karena  dugaannya  ternyata  tidak
              keliru. Di dalam pondok itu duduk seorang putri yang tengah  melamun,
              memandangi bunga-bunga. "Tampaknya perempuan itu tengah menantikan
              seseorang," gumamnya.
                   Melihat  Nyi  Putri  Lenggangkancana,  timbul  kepastian  pada
              pikirannya, "Puiri ini rupa-rupanya sesuai jika dinobatkan menjadi raja jin.
              Wajahnya  cantik  dan  memancarkan  sinar  kecerdasan.  Rambutnya  hitam
              legam dan panjang."
                   Jin utusan berpikir keras mencari akal untuk menarik perhatian Putri
              Lenggangkancana. Apa akalku untuk menarik perhatian putri itu? bisiknya
              dalam  hati.  Baiklah.  Jin  itu  pun  mengubah  dirinya  menjadi  sebentuk
              zamrud berwarna hijau dan berkilauan cahayanya tertimpa sinar bintang.
              Permata itu menempel di atas bunga yang berwarna putih, tidak jauh dari
              pondok tempat duduk Putri Lenggangkancana.
                  Putri Lenggangkancana terkejut melihat seulas cahaya dari sekuntum
              bunga.  Perlahan  ia  turun  dari  pondok  itu  karena  ingin  lebih  jelas
              mengamati benda yang berkilauan.
                  Setelah  keluar  dari  pondok,  barulah  dia  teringat  pesan  Dewaputra


                                              34
   35   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45