Page 43 - Keajaiban Sumur Tujuh
P. 43

"Tolong...tolooong," jerit Putri Lenggangkancana.
                  Melihat  ulat  yang  sangat  besar  itu,  Putri  Lenggangkancana  sangat
              takut  dan  ia  berteriak-teriak  memanggil-manggil  Dewaputra  meminta
              tolong. Akan tetapi, tidak seorang pun mendengar teriakannya itu, meski
              suara Nyi Putri telah habis.
                  Ulat itu pun semakin dekat dengan tangan Putri Lenggangkancana. Ia
              meronta-ronta  sekuat  tenaga,  tetapi  tak  berdaya  menghindarkan  diri  dari
              tangkapan  ulat  itu.  Selanjutnya,  Putri  Lenggangkancana  tidak  ingat  apa-
              apa  lagi.  Dengan  mudah  Nyi  Putri  dapat  ditangkap  oleh  ulat  raksasa
              jelmaan  jin  utusan  dari  Gunung  Carelang.  Putri  Lenggangkancana  pun,
              kemudian ditelannya bulat-bulat.
                  "Berhasil  aku  melaksanakan  tugas,"  kata  jin  utusan  itu  tersenyum
              bangga. Jin itu pun ingin menikmati kemenangannya. Sebelum kembali ke
              Gunung  Carelang,  ia  mengelilingi  Taman  Jomantara.  Menikmati
              keindahannya.  "Pasti  ketua  kelompok  sangat  senang  dan  semua  jin
              memandangku dengan bangga. Hahaha .... " katanya dalam hati.
                  Rupanya  kegembiraan  jin  utusan  itu  tidak  lama  sebab  ternyata  dari
              balik awan sesosok tubuh melayang secepat kilat menuju pondok di tengah
              taman itu.
                  Betapa  terkejutnya  Dewaputra  saat  mendapatkan  pondok  telah
              kosong. Ia sangat kecewa Putri Lenggangkancana telah meninggalkannya.
              "Mungkinkah ia meninggalkanku?" gumamnya.
                  "Nyi Putri...Nyi Putri...," Dewaputra memanggil-manggil perempuan
              itu. Tanpa merasa lelah, Dewaputra mengelilingi taman dengan mengamat-
              amati secara cermat di setiap rimbunan bunga.
                  Dewaputra hampir saja putus asa karena sang Putri yang dicari tidak
              diketemukannya. Di sudut yang agak gelap, Dewaputra melihat seekor ulat
              raksasa yang tengah memakan daun-daun bunga.
                  "Jangan-jangan!"  gumamnya.  Setelah  memandang  mata  ulat  itu,
              Dewaputra  yakin  bahwa  ulat  itu  bukan  ulat  sembarangan.  "Hai  ulat


                                              37
   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48