Page 44 - Keajaiban Sumur Tujuh
P. 44

raksasa, kembalikan Putri Lenggangkancana."
                  "Aku tidak mencurinya," jawab ulat itu.
                  "Apa kepentinganmu masuk ke tamanku?"
                  "Oh,  ini  tamanmu  ya!  Aku  masuk  karena  tidak  ada  larangan  tidak
              boleh masuk," ulat raksasa menjawab dengan seenaknya.
                  Mendengar  jawaban  ulat  itu,  Dewaputra  mengangguk-anggukkan
              kepala. Benar juga yang dikatakan si ulat. Salahku sendiri tidak membuat
              larangan  tertulis  agar  tidak  ada  seorang  makhluk  pun    yang  masuk  ke
              taman  ini,  bisik  hati  Dewaputra.  Tapi,  Nyi  Putri  ’kan  saat  kutinggalkan
              sudah kupesan agar tidak keluar dari lingkaran yang telah kubuat. "Aduh,
              kenapa jadi begini?" gumamnya menyesali diri.
                  Hampir saja Dewaputra kehilangan jejak sebab saat itu ulat raksasa
              tengah mengangkat tubuhnya hendak terbang.
                  "Sssttt...,"  bunyi  panah  sakti  Dewaputra  melayang  mengenai  tubuh
              ulat raksasa. Ulat itu pun rebah.
                  "Boleh jadi dia dimakan oleh ulat ini," gumam Dewaputra.
                  Dewaputra segera berlari ke pojok taman memetik sehelai daun sirih
              putih yang urat-uratnya saling bertemu. Lalu didekatinyalah ulat raksasa
              itu. Dengan sangat hati-hati Dewaputra menorehkan ujung daun sirih putih
              itu ke punggung ulat raksasa. Seketika itu terbelahlah tubuh ulat raksasa
              menjadi  dua  bagian.  Dari  bagian  perut  si  ulat  tergolek  sesosok  tubuh
              seorang perempuan.
                  "Wahai Hyang Tunggal hamba bersyukur kepada-Mu. Terima kasih
              atas  anugerah-Mu  selama  ini,"  demikianlah  doa  Dewaputra.  Cepat-cepat
              Dewaputra mengeluarkan Nyi Putri dari perut ulat raksasa. Setelah itu, ia
              membersihkannya.  "Untung  Nyi  Putri  masih  hidup.  Kalau  tidak?"
              Dewaputra berkata sendiri sambil menepuk-nepuk dadanya.
                  Putri Lenggangkancana masih pingsan, Dewaputra lalu mencari daun-
              daunan  di  sekitar  taman,  kemudian  diramunya  menjadi  obat.  Lalu
              diobatinya sang Putri dengan telaten. Tidak lama kemudian, Nyi Putri pun


                                              38
   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49