Page 46 - Keajaiban Sumur Tujuh
P. 46

Putri dapat beristirahat.
                  "Dewa...bagaimana nasihat gurumu?"
                  "Tenang dululah Putri. Jika sudah waktunya, akan kuberi tahu."
                  "Begini Dewa... boleh aku berterus terang?"
                  "Itu yang aku tunggu."
                  "Rasanya aku telah berubah pikiran."
                  "Maksud Nyi Putri?"
                  "Aku mau jadi istrimu. Sekarang juga. Asal..."
                   "Apa?"  kata  Dewaputra  sambil  jantungnya  berdebar-debar.  Ia  takut
              tidak dapat memenuhi keinginan perempuan yang sangat dicintainya itu.
                   "Buatkan aku sebuah taman yang sangat indah. Taman itu dilengkapi
              dengan  kolam  pemandian  dan  sumur  yang  banyaknya  tujuh  buah.  Air
              sumur  itu  harus berwarna-warni supaya  aku  tidak  bosan  melihatnya  dan
              bisa untuk kujadikan obat jika aku mandi.
                   "Putri,  tamannya  ’kan  sudah  ada.  Tinggal  menambah  sumur  dan
              kolamnya saja."
                   "Aku  tidak  mau  hidup  di  sini,  Dewa.  Aku  maunya  di  Gunung
              Karang."
                   "Di mana itu?"
                   "Dekat tempat orang tuaku."
                   "Oooh .... Rupanya Putri kangen ya!"
                   "Kamu sendiri?"
                   "Aku? Kangen juga sih. Hidup bagiku di mana saja tak masalah asal
              aku dapat berbakti kepada pemberi hidup ini. Jika kehendakmu seperti itu,
              berarti  aku  tidak  perlu  menghadap  Prabu  Siliwangi.  Bisa  saja  hal  itu
              kulakukan sekarang. Namun, aku harus memikirkan baik buruknya dulu."
                   Langit  agak  kelam.  Bintang-bintang  menyiratkan  cahaya  redup.
              Suasana  taman  sangat  sunyi.  Mereka  saling  berpandangan,  menyelami
              perasaan masing-masing.




                                              40
   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51