Page 52 - Keajaiban Sumur Tujuh
P. 52
yang tepat supaya tidak ada marabahaya," kata bidadari bungsu
sambil tersenyum.
"Oooh...itu gampang," kata kakaknya berenam serempak.
Suatu hari, langit agak bening. Hujan turun rintik-rintik. Bianglala
berwarna-warni muncul. Dengan suka cita, pelan-pelan ketujuh bidadari
itu pun terbang menuju lereng Gunung Karang. Mereka ingin
membuktikan berita tentang keindahan taman di Sumur Tujuh.
Sesampainya ketujuh bidadari itu di pintu taman, mereka keheran-
heranan, tercengang saat melihat keindahan Taman Sumur Tujuh.
"Wooow...!” komentar bidadari sulung.
"Ajaib..." kata bidadari kedua sambil menggeleng-gelengkan kepala.
"Hebat!" komentar bidadari ketiga sambil mengacungkan jempolnya.
"Tidak ada bandingannya," kata bidadari yang lainnya.
"Ck ... ck ... " Bidadari bungsu yang tadinya tidak pernah
berkomentar, berdecak, terkagum-kagum.
Angin berhembus. Bunga yang bermekaran itu pun bergoyang-
goyang. Bau mewangi tercium oleh ketujuh bidadari. Mereka terlena
seakan di alam surgaloka.
"Kak, petik bunga, ya!" kata bidadari ketiga.
"Jangan dulu. Kita mandi di kolam ramai-ramai. Setelah itu, baru
bebas."
Keenam bidadari itu pun menuruti perintah kakak sulungnya. Mereka
menuju kolam pemandian. Setelah melihat air yang sangat jernih, ketujuh
bidadari itu segera membuka baju terbangnya, lalu menyimpannya di
rerimbunan bunga. Setelah itu, mereka saling duluan terjun ke kolam
pemandian.
"Huuu segarnya," komentar mereka.
"Siapa yang punya taman seindah ini, ya? tanya bidadari bungsu.
“Aaah kita tak perlu tahu. Yang penting, sekarang kita bisa
bersenang-senang," kata kakak-kakaknya.
46