Page 53 - Keajaiban Sumur Tujuh
P. 53
Bermacam-macam tingkah laku mereka. Ada yang berenang. Ada
yang menyelam. Ada yang saling menyiratkan air. Mereka bersenda gurau
sepuas-puasnya.
Setelah puas berenang, mereka segera keluar dari kolam renang.
Mereka berganti baju kembali. Selanjutnya mereka memetiki bunga-bunga
yang sangat indah. Ada yang disuntingkan di sanggulnya. Ada yang
diselipkan di atas telinganya dan ada yang memakainya sebagai hiasan
baju. Kecantikan mereka pun bertambah-tambah. Setelah itu, mereka
kembali terbang ke kahyangan. Dalam perjalanan, bidadari keempat
berkata, "Aduh, kenapa aku lupa tak bawa bunga untuk oleh-oleh", katanya
penuh penyesalan.
"Tenang saja, Dik”, kata kakaknya, bidadari nomor dua, "Kapan-
kapan kita ke sana lagi."
"Aku tadi mencium bunga yang sangat harum baunya. Kurasa tak ada
bunga seharum bunga itu. Aku ingin memilikinya," kata bidadari keenam.
"Ah, masa? Bunga apa namanya?" kata adiknya yang nomor lima.
"Barangkali bunga dewa," kata bidadari yang sulung.
"Yang saya tahu, bunga wijayakusuma, Kak," kata bidadari bungsu.
"Oooh ... " keenam bidadari serempak menyahut.
Suatu hari yang cerah, ketujuh bidadari itu pun kembali beramai-
ramai turun ke Taman Sumur Tujuh. Mereka mandi dari sumur yang
kesatu sampai sumur yang ketujuh. Mereka merasakan kesegaran yang
luar biasa. Muka mereka bertambah-tambah cahayanya.
"Ayo, kita berenang," kata bidadari kedua.
"Ayo. Ayo," kata para bidadari itu serempak. Lalu mereka berlarian,
menuju kolam pemandian. Mereka berenang sambil bernyanyi dan
bersukaria. Bidadari keenam segera naik, lalu memakai pakaian kayangan.
"Kak, aku mau cari bunga wijayakusuma, ya!" ia pamit pada bidadari
sulung.
"Hati-hati, Dik," kata bidadari sulung dari dalam kolam. Bidadari
47