Page 54 - Keajaiban Sumur Tujuh
P. 54
keenam segera mencari sumber bunga yang terwangi di antara bunga-
bunga yang berada di taman itu. Ia berjalan ke sana ke mari, tetapi bunga
itu tidak ditemukannya. Bidadari keenam pun membuka-buka rerimbunan
bunga.
"Kok nggak ada, sih?" katanya kecewa. Oleh karena sangat kecewa,
banyak sekali bunga yang dipetikinya untuk oleh-oleh.
"Adik bungsu, tolong bantu, cari bunga yang aku inginkan," bidadari
keenam meminta tolong kepada adiknya. Ia tahu kalau adik bungsunya itu
lebih pintar dalam segala hal.
"Tunggu, tunggu sebentar, ya! aku ganti pakaian dulu."
"Cepat, Dik. Nanti keburu ketahuan oleh yang punya taman."
Dengan terburu-buru bidadari bungsu berganti pakaian. Setelah itu, ia
bersama kakaknya mencari sumber bau wangi itu. Bidadari bungsu dengan
sabar dan cermat melayangkan pandangannya. Ia mendekati air mancur
yang terletak antara sumur dan kolam pemandian. Di pinggir-pinggir air
mancur itu terdapat bunga teratai putih satu kelompok. Ada pula kelompok
bunga teratai merah. Bunga teratai putih ini sangat jarang ditemukan.
Bunga ini selain digunakan untuk hiasan juga bisa digunakan untuk obat.
Di antara bunga-bunga itulah bunga wijayakusuma tersembul. Bunga itu
terdapat di dalam pot yang terbuat dari emas.
"Oooh....itu!” kata bidadari bungsu sambil berlari mendekati air
mancur.
"Ada, Dik? Wah, kamu hebat!"
"Itu, lihat!"
"Sayang, sudah layu, Dik," kata bidadari keenam sambil mencium
bunga itu. Bunga itu pun hanya satu-satunya yang mekar. Itu pun telah
layu. Walaupun sudah layu, bunga itu memang benar-benar harum.
Bidadari keenam segera memetik bunga itu, tetapi bunga itu susah
sekali untuk diambil. Sekali lagi ia, meminta tolong adik bungsunya.
"Krrrk...," bunga itu pun terputus. Kakaknya tercengang, kaget.
48