Page 60 - Keajaiban Sumur Tujuh
P. 60
"Aduh, alangkah nyamannya mengenakan pakaian bidadari ini,"
katanya sambil memutar-mutarkan tubuhnya.
Pakaiannya sendiri lalu dionggokkan di tanah di balik semak-semak
bercampur dengan pakaian para bidadari. Dengan mengenakan pakaian
bidadari itu, Putri Lenggangkancana berjalan-jalan di taman. Sambil
memetiki bunga, ia berdendang dan menciumi bunga-bunga yang harum
baunya. Hatinya merasa riang.
Dengan mengenakan pakaian bidadari, Putri Lenggangkancana tak
ubahnya seperti bidadari dari kahyangan. Tidak ada seorang pun yang
dapat membedakan apakah ia seorang manusia atau seorang bidadari.
Sementara itu, Dewaputra yang tengah terbang di angkasa melihat
ada beberapa orang bidadari mandi di kolam dan seorang bidadari lainnya
berjalan-jalan sambil memetiki bunga-bunga.
"Itu dia yang merusak tamanku. Sampai istriku marah-marah,"
gumam Dewaputra. "Apa hukuman yang patut kuberikan? Ah, sebaiknya
kukembalikan dia ke asalnya," sambungnya.
Sesudah berpikir demikian itu, Dewaputra meniupkan angin yang
sangat kencang ke arah seorang bidadari yang tengah memetiki bunga.
"Wust ...! Angin kencang menerpa Putri Lenggangkancana.
Tubuhnya melayang-layang ringan tersedot ke atas.
"Tolooong ...Dewa ... tolong," jerit Putri Lenggangkancana ketakutan.
Oleh karena sangat terkejut Putri Lenggangkancana berteriak-teriak minta
tolong. Namun, suaranya tidak terdengar oleh Dewaputra.
"Beginilah akhir hidupku. Sepi. Sendiri dalam ketakutan.
Kebahagiaanku bersama lelaki yang kucintai hanya sekejap. Ya, Hyang
Tunggal ... aku mohon keselamatan. Jika ini telah menjadi perjalanan
hidupku, kuterima dengan senang hati," gumamnya sendu.
Putri Lenggangkancana tidak dapat berbuat apa-apa. Ia hanya
terikutkan poros angin. Terbangnya pun makin ke atas. Terus ke atas.
Terus ...hingga sampailah ia di surgaloka.
54