Page 64 - Keajaiban Sumur Tujuh
P. 64
"Kenapa kau ini. Ayolah, " kata Dewaputra memaksa perempuan
yang disangka istrinya itu untuk berdiri. Lalu sambungnya, "Kamu tahu
istriku, bidadari yang bersalah itu telah kuhukum. Ia tentu tidak akan
berani lagi datang ke mari merusak bunga-bunga di taman kita,"
Dewaputra menjelaskan pada perempuan itu penuh semangat. Lalu
katanya, "Istriku, untuk kebahagianmu aku rela berbuat apa saja.
Percayalah padaku."
Mendengar kata-kata Dewaputra yang lembut dan penuh kasih
sayang, serta perhatian, hilanglah rasa takut bidadari bungsu. Ia pun
tersenyum manis.
"Oh...lelaki ini menyangka aku ini istrinya. Padahal, istrinya itulah
yang telah dihukumnya. Dunia benar-benar jungkir balik," gumam
bidadari bungsu.
"Nah, begitu...senyum, ’kan tambah manis," Dewaputra menggoda
istrinya. Sambil mengusap air mata istrinya yang meleleh.
Sambil bergandengan tangan, bidadari bungsu memastikan bahwa
istri Dewaputralah yang telah mengambil pakaiannya. Pakaian yang kini
dipakainya itu tentulah pakaian istri Dewaputra, demikianlah pikir bidadari
bungsu.
"Besok kita rapikan tamannya, ya!" ajak Dewaputra.
Bidadari bungsu mengangguk sambil tetap tersenyum manis. Ia
belum berani mengeluarkan kata-kata, takut salah bicara. Sambil berjalan
menuju istana, ia melamun. Ia teringat kakak-kakaknya yang tega
meninggalkannya. Bidadari bungsu membayangkan nasib buruk akan
menimpa dirinya.
"Ah, gara-gara pakaianku hilang. Aku tidak dapat terbang dan
kembali ke tempat asalku," gumamnya. "Aduh!!!" jeritnya.
"Kenapa?" tanya Dewputra penuh perhatian.
"Kakiku terantuk batu."
"Makanya...jangan melamun. Coba lihat?" kata Dewaputra
58