Page 20 - Cerita Kesatria yang Rendah Hati
P. 20
”Aku merasa janggal karena kita tidak dijebloskan ke dalam penjara
yang buruk, tetapi malah disekap di ruangan yang mewah,” sambung Lega.
Keduanya lantas berjalan mengitari ruangan itu sambil mengamati
benda-benda yang ada di dalamnya. Selain kursi dan tempat tidur empuk
nan mewah, hiasan-hiasan di dalam ruangan itu pun sangat indah. Beberapa
terbuat dari kristal dan beberapa lainnya terbuat dari kayu yang diukir halus
dan rapi.
“Hmm .... Aku mencium aroma ... aroma ...,” ujar Lega tiba-tiba sambil
mengendus-endus sekitarnya.
“Aroma wangi?” Legi memastikan. “Sejak tadi aku sudah menciumnya.
Sejak memasuki ruangan ini,” sahut Legi.
Akan tetapi, Lega menyangkal, “Bukan! Bukan aroma wangi,” bisik
Lega agak keras, “Kalau wangi, aku pun telah menciumnya sejak tadi!”
Ruangan itu memang wangi. Ada beberapa bunga hidup yang diletakkan
di dalam vas dan dipajang di sudut-sudut ruangan. Bunga itu menebarkan
aroma wangi.
Legi menatap Lega sambil ikut mengendus-endus.
”Hmm ... hmm ... lalu aroma apa? Hmm ... ya, aku juga menciumnya!
Aroma daging ... daging rusa yang dipanggang ...,” ujarnya.
Tiba-tiba terdengar suara anak kunci pintu yang diputar. Kemudian,
masuklah seorang laki-laki paruh baya berpakaian khusus semacam juru
masak kerajaan.
”Tuan, saya mengantarkan makan siang, silakan ....” kata laki-laki itu
kepada mereka seraya meletakkan nasi sebakul dan beberapa piring lauk-
pauk yang salah satunya adalah daging rusa bakar.
14