Page 22 - Cerita Kesatria yang Rendah Hati
P. 22
Pikiran buruk kembali terlintas.
”Lega, jangan-jangan, kita disuguhi makanan yang lezat dan segala
kemewahan ini karena sebentar lagi kita akan dikorbankan sebagai umpan
harimau putih yang akan dibawa oleh Gusti Bambang Widyaka?” tanya Legi
kepada Lega.
Lega menoleh ke arah Legi. Adiknya ini memang sering berpikir yang
tidak-tidak sehingga menimbulkan kekhawatiran pada dirinya sendiri.
“Ah, macam-macam saja pikiranmu ini!”
“Tidakkah kau heran? Kita ini tawanan raja. Katanya, ini adalah penjara
bawah tanah ... tetapi mengapa seperti ini?”
“Hei, dengar, aku memang heran, tetapi kita sama-sama mengenal
sifat dan pribadi Gusti Bambang Widyaka. Tidak mungkin beliau membiarkan
kita terus berada di sini, apalagi membiarkan kita masuk ke mulut harimau
putih yang dibawa sendiri oleh beliau, seperti khayalanmu itu!”
“Baiklah, mudah-mudahan engkau benar,” sahut Legi pada akhirnya.
“Sudahlah, ayo kita makan! Aku sudah lapar sejak tadi!” sambung Lega.
Lega dan Legi pun segera melahap makanan lezat yang tersaji di
hadapan mereka. Mereka memakan hidangan yang disediakan lengkap dan
mewah itu dengan cepat hingga tandas, bersih, tiada bersisa.
***
16