Page 23 - Cerita Kesatria yang Rendah Hati
P. 23

Pesan Raja Jaya Widarba














                         Sementara itu, Bambang Widyaka masih menjalani tapa ketika empat

                  orang  utusan  Raja  Jaya  Widarba  sampai  di gunung  tempatnya  bertapa.

                  Derap langkah kuda para utusan raja itu sebenarnya telah terdengar sayup-

                  sayup dari kejauhan. Suasana pegunungan yang hening juga membuat suara

                  itu makin jelas. Namun, dalam kekhusyukannya bertapa, Bambang Widyaka

                  tampak tetap tenang dan tidak menghiraukan suara yang lamat-lamat makin

                  mendekat itu.

                         Akhirnya,  keempat  pengawal  raja  yang  diutus  mengantarkan  pesan

                  tadi telah sampai di mulut gua tempat Bambang Widyaka bertapa. Setelah

                  memperundingkan  sesuatu,  seorang  pengawal  turun  dari  kudanya  dan

                  berjalan  perlahan  memasuki  gua.  Dari  pandangan  mata  utusan  raja  itu,

                  terlihat  Bambang  Widyaka  duduk  bersila  dalam  diam  di atas  sebuah  batu

                  besar tidak jauh dari mulut gua. Kepalanya menunduk dan matanya terpejam.

                  Kedua telapak tangannya berada di atas paha memegang lutut kiri dan kanan.

                         Ketika dirasa telah cukup dekat dengan sosok anak seorang resi itu,

                  si pengawal  pun  memberanikan  diri  untuk  menyapa,  “Mohon  maaf,  Gusti

                  Bambang Widyaka, saya adalah utusan Raja Jaya Widarba,” suara si pengawal

                  terdengar bimbang.









                                                          17
   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28