Page 40 - Cerita Kesatria yang Rendah Hati
P. 40
Raja lantas berdiri dari singgasananya kemudian mulai mencoba
memerintah harimau putih.
“Wahai, Harimau Putih, aku tak tahu apakah engkau mengerti bahasa
manusia? Akan tetapi, dengan menggunakan mulutku ini aku akan memintamu
sesuatu. Berjalanlah kemari, mendekat kepadaku perlahan-lahan, lalu
duduklah di samping kakiku ini!” perintah raja kepada harimau putih.
Mendengar aba-aba sang raja, harimau putih yang sesungguhnya
mengerti dan bahkan mampu berbicara dalam bahasa manusia itu pun
menurutinya. Ia mulai melangkahkan kakinya, berjalan perlahan-lahan
maju menuju singgasana. Tubuhnya yang gagah dan tatapannya yang tajam
membuat tegang semua yang menyaksikan kejadian itu. Si pengawal bahkan
tampak bersiap-siap mengangkat senjatanya, hendak melindungi sang raja
bila tiba-tiba harimau putih itu berlari menyerang tuannya. Namun, apa yang
dipikirkan oleh pengawal itu tidak menjadi kenyataan. Harimau putih tersebut
segera duduk di sebelah kaki sang raja sesampainya di singgasana.
Sang raja pun mengelus-elus kepala harimau putih, “Hmm, baiklah,
rupanya harimau ini memang menurut kepada perintahku ... tetapi, tunggu
dulu ...,” kata sang raja seperti tiba-tiba teringat akan sesuatu.
“Harimau ini memang menuruti perintahku, tetapi aku belum tahu
apakah ia juga menuruti perintah orang lain?”
Ternyata, Raja Jaya Widarba belum memercayai bahwa hanya
kepadanyalah harimau putih itu menurut.
“Pengawal!” dipanggilnya salah satu pengawal raja yang berdiri di
dekat pintu ruang singgasana raja. Pengawal itu pun berlari mendekat dan
mengajukan sembah kepada raja.
“Ampun, Paduka, apa perintah Paduka kepada hamba?”
34