Page 43 - Cerita Kesatria yang Rendah Hati
P. 43

“Terima  kasih, Nak.  Namun,  masih  ada  satu  syarat  lagi  yang  belum

                  engkau penuhi,” lanjut raja mengingatkan.

                         “Tentu, Paduka, hamba pasti ingat, masih ada persyaratan kedua yang

                  Paduka  ajukan  kepada  hamba.  Hamba  harus dapat  membuat  terowongan

                  bawah tanah yang menghubungkan Kerajaan Alis-Alis dengan Sendang Beji

                  yang terletak di wilayah Kerajaan Ngrawa,” sahut Bambang Widyaka.

                         Raja Jaya Widarba mengangguk-angguk sambil tersenyum.

                         ”Benar, Nak. Engkau harus dapat membuat terowongan bawah tanah

                  yang menghubungkan Kerajaan Alis-Alis dengan Sendang Beji yang terletak

                  di wilayah Kerajaan Ngrawa,” ulang raja.

                          “Namun sebelumnya, aku ingin engkau mengetahui alasan terowongan

                  itu harus tercipta,” sambungnya.

                         Gusti  Bambang  Widyaka  memandang  raja  dan  mempersilakan  raja

                  menjelaskan alasan ia diminta menggali terowongan yang panjang itu.

                         ”Silakan, Paduka Raja, silakan Paduka menjelaskannya kepada hamba,”

                  sahutnya.

                         Sejenak raja merenung dan kemudian mulailah ia bercerita.

                         “Begini, Nak, sejak sebelum aku memerintah kerajaan ini, yaitu pada

                  masa  ayahandaku  yang  duduk  di  singgasana  ini,  pembuatan  terowongan

                  menuju Sendang Beji sudah beberapa kali dilakukan. Namun, kami belum juga

                  berhasil meyelesaikannya,” kata sang raja.

                         “Jangankan menyelesaikan, memulai pun bahkan baru sebentar, belum

                  sampai setengahnya, pekerjaan itu selalu terhenti,” lanjut raja lagi.

                         Bambang Widyaka menjadi ingin tahu mendengar sepucuk cerita itu.

                         “Ada apakah gerangan Paduka? Mengapa selalu gagal?”

                         “Medan yang berat, aku kira itu jawabannya,” ujar sang raja.

                         “Medan yang berat?” ulang bambang Widyaka.









                                                          37
   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48