Page 46 - Cerita Kesatria yang Rendah Hati
P. 46

“Baiklah,  Bambang  Widyaka,  agar  saudaramu,  Lega  dan  Legi dapat

                  segera  bebas  dari  sekapanku,  segeralah  engkau  penuhi  persyaratan  yang

                  kedua.  Galilah  terowongan  mulai  dari  sebelah  sini!”  Raja  Jaya  Widarba

                  menunjuk sebuah titik tempat awal penggalian terowongan, tidak jauh dari

                  tempatnya berdiri.

                         Buaya  putih  yang  sejak  tadi  sebenarnya  mendengarkan  percakapan

                  antara Bambang Widyaka dan Raja Jaya Widarba pun segera melaksanakan

                  yang diucapkan raja tanpa menunggu perintah atau aba-aba dari Bambang

                  Widyaka.  Ia  segera  masuk ke dalam  tanah  yang  telah  ditunjuk  oleh  raja.

                  Tindakan buaya putih itu mencengangkan semua yang ada di dekatnya, kecuali

                  Bambang Widyaka yang memang sudah tahu bahwa temannya, si buaya putih

                  sesungguhnya  mengerti  bahasa  manusia  dan  sanggup  berkomunikasi  pula

                  dengan  manusia.  Raja  yang  juga  menyaksikan  gelagat  si buaya  putih  pun

                  tergelitik untuk bertanya.

                         “Wahai,  Bambang  Widyaka,  engkau  bahkan  belum  memerintahkan

                  untuk menggali terowongan, tetapi temanmu buaya putih itu sudah langsung

                  memulainya,” tegur sang raja. “Apakah ia mengerti apa yang aku perintahkan?”

                         Pertanyaan  Raja  Jaya  Widarba  kali ini  membuat  Bambang  Widyaka

                  ragu. Haruskah ia menceritakan kemampuan dan kesaktian buaya putih itu?

                  Haruskah ia menceritakan asal mula datangnya buaya putih itu?

                         “Eh ... ampun, Paduka, memang buaya putih teman hamba itu bukanlah

                  sembarang buaya,” sahut Bambang Widyaka.

                         “Ia adalah seekor buaya yang menjelma dari sehelai kain putih yang

                  dijatuhkan  seekor  boneka  ayam  jago  pemberian  ayahanda  hamba  ...,”

                  terangnya.

                         Raja Jaya Widarba mengangguk-angguk.

                         “Resi Jati Pitutur?” sahut raja.










                                                          40
   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51