Page 38 - Ketut Bagus
P. 38
28
sengatan matahari serta dekil dan tidak terurus," kata I Nengah Dwi.
"Huuusss," kata I Nyoman Tri.
Bagas dan I Ketut Bagus tidak memedulikan semua kata-kata
itu sebab mereka serius bercakap-cakap.
"Seharian aku tidak dapat makan, badanku lemas sekali dan
aku tidak kuat menahan lapar. Ketika kulihat di dalam tenda ada
makanan, aku ambil saja tanpa kupeduli-kan Eka yang sedang
memperbaiki kompor," kata Bagas ter-bata-bata.
"Mengapa engkau bisa kelaparan, apa ayah dan ibumu tidak
memberi makan?" I Ketut Bagus keheranan.
"Aku lahir dari keluarga miskin, ibuku bilang aku sudah besar
dan sudah harus dapat mencari makan sendiri. Ayah-ku bilang
biaya hanya cukup untuk tiga orang adikku."
"Mengapa begitu, apa kamu bukan anak kandungnya?"
"Huuusss, jangan bicara sembarangan," Bagas tampak sengit.
"Umurmu berapa?" tanya I Ketut Bagus lagi.
"Dua belas tahun," jawab Bagas.
"Sama dong denganku, lahirnya tanggal berapa?"
"Aku tidak tahu, ayah ibuku tidak pernah mencatatnya, tapi
orang tuaku bilang umurku 12 tahun."
"Kelas berapa?"
"Lulus dari kelas enam." "Sama!" I Ketut Bagus terbelalak,
"Akan melanjutkan ke sekolah lanjutan tingkat pertama."