Page 44 - Ketut Bagus
P. 44

34

                  "Maaf ya anak-anak, Bagas tidak bisa bermain ber-sama. Dia
            hams menjaga adiknya karena Ibu sangat repot," kata Ibu Bagas.

                  "Tidak apa-apa, Bu," jawab I Ketut Bagus.
                  "Apakah Pak Lurah sudah tahu wabah penyakit menular ini?"
            tanya I Wayan Eka.

                  "Sudah,  Nak," kata  Ibu sambil  menganggukkan kepala, "tapi
            bantuan  dari  kota  belum  juga  datang,  sedangkan  dukun  di  sini
            sudah tidak bisa menanganinya. Pak Lurah tambah bingung sebab

            anak tunggalnya juga terserang wabah penyakit ini."
                  "Bolehkah kami menengok Agus, Bu?" tanya I Ketut Bagus.

                  "Silakan," jawab Ibu.
                  Mereka  melihat  Agus  yang  sedang  berbaring  sakit  di  atas
            dipan. Agus tampak demam dan menggigil.

                  "Panas sekali badannya," Ketut Bagus meraba kening Agus,
            "sudah berapa lama, Bu?"

                  "Baru tadi pagi."
                  Setelah  melihat  kondisi  Agus  yang  terbaring  lemah,  mereka
            berpamitan.  Namun,  mereka  tidak  langsung  pulang.  Mereka  ingin

            menyelidiki wabah yang sedang menimpa desa itu.
                  "Kami  permisi  Bu,  maaf  tidak  membawa  apa-apa,"  mereka
            meminta izin.

                  "Tidak apa-apa, terima kasih anak-anak."
                  "Maafkan  aku  tidak  bisa  mengantarkan kalian  untuk melihat-
            lihat desa ini," Bagas melepas kepergian mereka.
   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49