Page 56 - Ketut Bagus
P. 56
46
Tiba-tiba dl luar tenda terdengar suara seruling yang merdu,
membuat mereka terkesima, kemudian disusul dengan nyanyian.
"Aku adalah anak gembala, selalu riang serta gembira, karena
aku rajin bekerja tak pernah malas ataupun tengah, tra... lala...
lala... lala..."
"Ploook... ploook... ploook," semua keluar dari tenda sambil
bertepuk tangan.
"Jadi, kalian besok kembali ke kota?" tanya Bagas.
"Tidak, mungkin dua hari lagi," jawab I Ketut Bagus.
"Ada masalah apa?" tanya Bagas curiga.
"Ada, jawab I Nengah Dwi tiba-tiba, "Menurut dugaan, kamu
bukan anak kandung Ibu dan Bapak I Mangku Engengan!"
"Apa kata kamu?" tanya Bagas dengan muka merah menahan
marah.
"Sudah-sudah!" I Ketut Bagus cepat melerai dia merasa
bersalah, "Dwi hanya bercanda. Kalau Bagas ikut kami ke
Pegayaman, tentu jauh dari orang tuanya dan seperti bukan
anaknya saja, padahal anak kandung asli."
Bagas menjadi tenang atas kata-kata I Ketut Bagus.
Kemudian seperti biasanya mereka bercanda seperti tak ada apa-
apa.
Esok harinya ketika Bagas sedang menggembala kambing, I
Ketut Bagus, I Wayan Eka, I Nengah Dwi, dan I Nyoman Tri telah
merencanakan sesuatu.