Page 62 - Ketut Bagus
P. 62

52

            besar  dengan  halaman  yang  luas.  Tanaman  di  halaman  tersebut
            tampak terawat rapi. Halamannya tampak bersih.

                  "Teeet..." IKetut Bagus memencet bel,
                  "Assalamualaikum."
            "Waalaikumsala'm,"  seorang  Ibu  berumur  sekitar  tiga  puluhan

            keluar membukakan pintu, "Anakku sudah pulang."
            "Apa  kabar,  Ma?"  I  Ketut  Bagus  mencium  tangan  ibunya.  "Baik,"
            jawab Ibu dan kemudian memeluk anak satu-satunya itu.

                  "Ini  Bagus  bawakan  oleh-oleh,  Ma,"  I  Ketut  Bagus  me-
            nunjukkan buah-buahan dari dalam tasnya.

                  "Buah segar dari desa Bedugul."
                  "Terima kasih, anakku," kata Ibu terharu.
                  "Papa sudah berangkat kerja, Ma?" tanya I Ketut Bagus.

                  "Oh, sudah tadi pagi-pagi sekali."
                  "Kenalkan Ma, ini teman Bagus, Bagas namanya."

                  "Bagas,  Tante,"  kata  Bagas  sambil  menjabat  tangan  Ibu  I
            Ketut Bagus.
                  "Saya  ingin  sekali  tinggal  di  sini  Tante,  menjadi  apa  saja,

            tukang  kebun,  pembantu,  angkut-angkut  barang  atau  apa  saja,
            yang penting saya bisa sekolah."
                  "Begini  Ma,  Bagas  akan  menjadi  saudara  Bagus,  boleh  ya

            Ma. Bagus kan hanya sendiri. Kasihan dia Ma, keluarga-nya tidak
            mampu untuk membiayai sekolah."
   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66   67