Page 64 - Ketut Bagus
P. 64
54
Ibu termenung tampak berpikir. Ibu tidak pernah menolak
keinginan anak satu-satunya yang sangat disayanginya.
Terlebih lagi juga sunyi hidup hanya dengan satu anak. Dan
lagi sekalian untuk beramal menjadi orang tua asuh.
Ibu memandang ke arah Bagas dengan tatapan tajam dan
lama sekali. Bagas jadi serba salah dan menunduk.
"Seandainya anak Mama yang satu tidak hilang, tentu Mama
punya anak dua. Bagus, kamu mirip sekali dengan Bagas.
Kehadiran Bagas mengingatkan ibu kepada anak ibu yang hilang."
"Apa? Bagus punya saudara kandung? Mengapa Mama tidak
pernah bilang? Mengapa Mama tidak pernah cerita?" I Ketut Bagus
membelalakkan matanya.
"Bagus, Mama tidak sanggup untuk menceritakannya
padamu. Mama sangat berduka dengan anak Mama yang hilang
itu."
"Mama ceritakan sekarang Ma, bagaimana saudara Bagus
bisa hilang, Ma!" rengek I Ketut Bagus.
"Bagus, kamu baru pulang, masih lelah, ayo mandi dulu dan
makan. Mama sudah siapkan makanan kesukaan-mu, nanti setelah
itu Mama baru akan menceritakannya."
"Tapi Mama janji, ya!"
"Ya," jawab Mama singkat. "Ayo Nak Bagas silakan. Anggap ini
rumahmu sendiri." "Terima kasih, Tante."

