Page 69 - Ketut Bagus
P. 69
59
"Perampok di Jalan Keindahan, Pegayaman?" Tapol tertegun,
"telah banyak kejahatan yang kulakukan, aku tidak ingat."
"Keterlaluan, dasar penjahat tidak punya otak, menculik dan
berusaha untuk mungkir," tambah I Ketut Bagus dengan muka
merah menahan marah.
"Pantaslah hukuman mati bagimu," tambah Bagas.
"Maafkan saya anak-anak muda," Tapol tiba-tiba memelas.
"Beri saya waktu untuk berpikir. Dulu saya penjahat, sekarang
aku sudah bertobat. Semenjak kecil saya ditinggal orang tua, tak
ada yang peduli pada nasibku. Aku hidup sebatang kara dan aku
tidak pernah belajar agama. Bagiku mencuri itu untuk melanjutkan
hidupku. Lama-lama aku menjadi terbiasa, sampai akhirnya
merampok..."
"Maafkan aku Pak," I Ketut Bagus tiba-tiba tersentuh hatinya.
"Saya akan jelaskan kejadian perampokan itu, semoga Bapak dapat
mengingatnya. Ketika itu Bapak merampok bersama dua teman
Bapak di Jalan Keindahan, Pegayaman. Itu terjadi 12 tahun yang
lalu, di rumah itu hanya tinggal seorang ibu, pembantunya, dan dua
orang anak kembarnya yang baru beberapa bulan dilahirkannya.
Tiba-tiba polisi datang dan tempat telah terkepung. Untuk
melindungi diri, Bapak merenggut seorang bayi dan me-letakkan
parang dilehernya dan bayi menangis keras, Bapak mengancam
barang siapa berani menangkap Bapak atau menembak Bapak,
parang itu akan menebas leher si bayi.