Page 73 - Ketut Bagus
P. 73

63

            yang seorang janda dan hanya mempunyai seorang anak bernama
            I  Mangku  Engengan.  Tak  lama  kemudian,  menikah  dengan  gadis

            desa Bedugul dan tinggal di sana, dibawa pula anak yang berumur
            tiga  tahun  itu.  Lalu  rumah  ini  dijual  kepada  saya,"  kata  seorang
            nenek  yang  me-nempati  bekas  rumah  adik  Nenek  Manik  sambil

            memegang tongkat dan matanya memperhatikan I Ketut Bagus dan
            Bagas.
                  "Desa  Bedugul?  Anaknya  bernama  I  Mangku  Engengan?

            Desa Bedugul kan desa kelahiranku, apa ada I Mangku Engengan
            lain selain bapakku?" kata Bagas berguman.

                  "Terima kasih, Nek atas penjelasannya, kami mohon permisi,"
            kata I Ketut Bagus sambil menundukkan kepalanya dan berlalu.
                  "Bagus,  jadi  sekarang  kita  ke  desa  Bedugul,"  kata  Bagas

            menyamai langkah I Ketut Bagus.
                  "Tidak, kita pulang ke rumah," jawab I Ketut Bagus singkat.

                  "Lho  mengapa?  Bukankah  kau  berjanji  sebelum  men-
            dapatkan  saudaramu  kau  belum  mau  pulang?  Desa  Bedugul
            kelahiranku. Aku rindu pada bapak, ibu, dan adikku, ayo Bagus ke

            Bedugul sembari mencari saudaramu," Bagas ber-semangat.
                  "Saudaraku  sudah  kutemukan,"  kata  I  Ketut  Bagus  sambil
            tersenyum  lebar,  "yaitu  kau  Bagas,"  kemudian  I  Ketut  Bagus

            memeluk Bagas.
                  "Bagaimana mungkin, aku dilahirkan di Bedugul anak Ibu dan

            Bapak  I  Mangku  Engengan  dan kau  di  Pegayaman  anak  Ibu  dan
   68   69   70   71   72   73   74   75   76   77   78