Page 80 - Ketut Bagus
P. 80

70

                  seorang guru.

                  "Bagas  itu  bukan  temanku.  Bagas  itu  saudara  kandung-ku
            sekaligus saudara kembarku."
                 ' "Oh, ya, bagaimana mungkin," kata I Nyoman Tri keheranan.

                  "Ceritakan  dong,  bagaimana  hal  ini  bisa  terjadi,"  kata  I
            Nengah Dwi.
                  Bagas  dan  I  Ketut  Bagus  tersenyum-senyum  saja  melihat
            teman-temannya yang keheranan.

                  "Besok  kalian  datang  ya,  ada  syukuran  di  rumahku,"  kata  I
            Ketut Bagus sambil memberikan undangan.
                  "Tetangga dan teman-teman di sekolah juga diundang untuk

            syukuran  kembalinya  saudara  kembarku  dan  sekalian  peresmian
            Bagas sebagai anggota geng intelektual cilik yang baru."
                  "Bagus, jangan lupa kita kirim undangan ke Ibu dan Bapak I
            Mangku Engengan di Bedugul," kata Bagas.

                  "Tentu dong," jawab I Ketut Bagus.
                  Keluarga  I  Dukuh  Suladri  menjadi  lega  dan  bahagia  setelah
            anak-anaknya  I  Ketut  Bagus  dan  I  Ketut  Bagas  bersatu  kembali.

            Hidup memang penuh perjuangan. Semuanya itu di-peroleh melalui
            perjalanan  hidup  yang  panjang,  hidup  dengan  kejujuran,  hidup
            dalam ketabahan, dan hidup dalam iman kepada Tuhan.
                  Hari-hari  pun  berlalu.  Semakin  semarak  dengan  ke-hadiran

            Bagas di rumah dan di geng intelektual cilik. Mereka adalah anak-
            anak  yang  cerdas  dan  cerdik,  menyong-song  masa  depan  yang
            gemilang.
   75   76   77   78   79   80   81