Page 14 - Kalsel-Siti Akbari-Datu Diyang-Sigit-Cek Kity
P. 14

Setelah  berhasil  mendekatkan  ke  pinggir,  dengan
            segenap kekuatan ditariknya kumpulan enceng gondok
            tersebut  ke  hadapannya.  Ia  tampak  senang  sekali
            melihat  kumpulan  akar  enceng  gondok  yang  terlihat

            hitam  mengkilat  tertimpa  cahaya  matahari.  Daun
            hijaunya  terlihat  hijau  segar, tambah  lagi  dengan
            bunga ungu enceng gondok yang menyembul di antara
            rumpun-rumpunnya.

                 Sesekali tampak ia menghapus cucuran keringatnya
            dengan ujung lengan bajunya. Bayangan mengisi pot-pot
            tanamannya dengan akar enceng gondok membuatnya
            tak  merasa  lelah.  Sekiranya  tak  terdengar  panggilan

            ibunya dari atas  tabing, ia masih saja berkutat dengan
            enceng gondoknya.
                 “Yang, mun sudah banyak ilung-nya, cepat naik ke
            atas ya!”, terdengar suara seorang ibu dari atas tabing.

            “Bawakan air satu ember, ya!” pinta ibu itu lagi.
                 “Iya, Bu!” sahut perempuan muda itu.
                 Perempuan muda itu segera merapikan tumpukan
            enceng gondok. Kayu panjang diletakkannya di samping

            rumah lanting. Segera diangkatnya akar enceng gondok
            yang ada di dalam tangguk, sementara batang enceng
            gondok  dibiarkan  di  teras  lanting.  Batang  enceng
            gondok  ditebar  merata  di  teras  lanting  agar  batang

            enceng gondok tersebut mengering.






                                          3
   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19