Page 16 - Kalsel-Siti Akbari-Datu Diyang-Sigit-Cek Kity
P. 16

2. DIYANG DAN IBUNYA



                 Di  atas  tabing, tampak seorang  ibu yang  telah
            beranjak tua dengan setumpuk daun rumbia di sisinya.

            Merangkai  daun  rumbia  untuk  dijadikan  sebagai  atap
            rumah.  Mulut  ibu  itu  komat-kamit  mengunyah  sirih.
            Kedua  sudut  mulutnya  tampak  merah.  Sesekali  ia
            meludah  ke  peludahan  yang  ada  di samping  kirinya.

            Ketika  sirih  yang  dikunyahnya  sudah  terasa  tawar,
            dibuangnya sepah sirih tersebut.
                 Ibu  itu  kemudian  mengambil  panginangan  di
            sampingnya. Diambilnya dua lembar daun sirih, kemudian

            diolesinya kapur dan ditaburinya dengan gambir yang
            sudah  diremasnya  dengan  jarinya.  Ditambahkannya
            pula irisan pinang serta timbaku. Setelah itu, dilipatnya
            sirih itu, sebelum akhirnya dimasukkannya ke mulutnya.

                 “Sudah  Zuhurkah,  Diyang?”  sapa  ibu  itu  ketika
            melihat anaknya sudah ada di tabing.
                 “Belum, Bu!” sahut Diyang.
                 Ibu  Diyang  melanjutkan  merangkai  daun  rumbia.

            Diyang  meletakkan  akar  enceng  gondok  di tanah
            samping rumah, sementara air di ember dituangkannya
            ke gentong air untuk berair yang ada di teras samping
            rumah.  Setelah  itu  ia  pun  segera  ke dapur  untuk

            menyiapkan makan siang.





                                          5
   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21