Page 37 - Kalsel-Siti Akbari-Datu Diyang-Sigit-Cek Kity
P. 37

“Apa  yang  terjadi  pada  anak  itu?  Apakah  anak
            itu  pingsan  atau  jangan-jangan  anak  itu  mengalami
            cedera kaki?” Diyang terlihat penasaran dengan cerita
            suaminya.

                 “Awalnya kupikir juga seperti yang engkau katakan
            itu. Apalagi anak itu diam saja saat kuangkat ke lampau
            ayahnya.  Rupanya  ia  diam  saja  karena  menikmati
            rambutan yang masih di mulutnya!”

                 “Begitu manisnya rambutan, jadi lupa hingga jatuh
            sepertinya,  ya!”  komentar  Diyang  sambil  tersenyum.
            “Seharusnya ia tidak boleh makan buah di atas pohon,”
            kata Diyang lagi.

                   “Itulah  kenapa  aku  minta  ditemani  memetik
            rambutan,”  kata  suami  Diyang.  “Aku  khawatir  kalau
            aku  sambil  memetik  rambutan,  sambil  melihat-lihat
            rambutan yang patut dipetik, jadi bernasib sama seperti

            anak itu,” terang suami Diyang.
                 “Ah, engkau bisa saja! Asal kau esok menungguku,
            aku mau menemani ke kebun untuk memetik rambutan,”
            kata  Diyang  mengiyakan  tawaran  suaminya.  Diyang

            mengerti ajakan suaminya ke kebun lebih karena ingin
            menghiburnya. Wajah murungnya terlihat berganti ceria.
                 “Nah,  wajah  istriku  jadi  enak  dilihat,”  canda
            suaminya.

                 “Terima kasih ceritanya, suamiku,” ucap Diyang sambil
            memandang suaminya. “Terima kasih karena cerita itu




                                          26
   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42