Page 56 - Kalsel-Siti Akbari-Datu Diyang-Sigit-Cek Kity
P. 56

Ibu muda itu terisak. Ia terbayang mungkin begini
            pulalah saat-saat ibunya akan melahirkannya.
                 Mendengar  ibu  muda  itu  menangis,  ibunya  yang
            tadi di luar segera masuk kamar.

                 “Ada apa? Apa sakit perutmu bertambah?” tanya
            ibunya khawatir.
                 ”Tidak,  Bu!  Aku  mohon  ampun  dan  maaf  apabila
            sikapku sering menyakiti Ibu,” kata ibu muda itu.

                 Ibunya mengelus kepala anaknya, “Anakku, engkau
            selalu  kuampuni.  Kau  adalah  darah  dagingku.  Aku
            inginkan selalu yang terbaik untukmu, anakku.” Ibu itu
            ikut menangis melihat anaknya menangis.

                 “Mana Ayah dan suamiku, Bu?” tanya ibu muda itu.
            Ia terlihat mencari ayah dan suaminya. Ibu muda itu
            seperti memperoleh semangat baru.
                 “Ada  apa,  Nak?” Ayahnya  masuk  kamar.  Di

            belakang ayahnya menyusul pula suaminya. Pada raut
            wajah kedua  lelaki  itu  tampak  kekhawatiran yang  tak
            bisa disembunyikan.
                 “Ayah, mohon ampun dan maaf atas sikap perilaku

            ananda  yang  kurang  berkenan  di hati  Ayah.  Tolong
            doakan  ananda  agar  dimudahkan  dalam  persalinan,”
            pinta perempuan muda itu kepada ayah sambil meraih
            tangan ayahnya.

                 “Suamiku, maafkan atas perilaku istrimu ini apabila
            selama  kita  hidup  berumah  tangga  ada  yang  tidak




                                          45
   51   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61