Page 11 - Cerita Kisah Si Pego
P. 11

Mereka bermain sekaligus belajar dan bekerja. Sungai
            telah menjadi guru bagi anak-anak, yang mengajarkan

            mereka berenang dan bertahan hidup.

                Batang  tombak  diangkat  tinggi-tinggi  ke arah

            belakang.  Mata  tombak  menjauh  dari  permukaan  air,
            sedang  mata  sipitnya  mengawasi  gerakan  ikan  yang

            berenang di bawahnya. Di saat yang tepat, tombak di

            tangan dihunjamkan secara cepat ke dalam air. Ikan-

            ikan terkejut. Satu ekor ikan tidak sempat menghindar.
            Mata tombak telah menembus badannya.

                “Ayah  dan  Ibu  pasti  senang  dengan  hasilku  hari

            ini,” gumam Pego bangga dengan banyaknya ikan yang

            diperolehnya.
                Rumah  itu  berdiri  tak  jauh  dari  aliran  Sungai

            Kandilo. Tak berbeda dengan rumah-rumah penduduk

            di kampung yang berdiam di pinggir hutan belantara,

            rumah  keluarga  Pego juga  beratap  anyaman  daun
            nipah. Susunan daun nipah yang rapat dan bertumpuk

            menjadikan  rumah  aman  dari  terpaan  air  hujan  dan

            panas matahari.  Selain itu, diperlukan semacam  tangga






                                          2
   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16