Page 27 - Sumsel- Kisah Tiga Pangeran
P. 27

“Baik, Kak,” kata adik-adiknya.
                 Mulailah  mereka  berpisah,  Rhaden  belok  ke  arah

            kanan, Kiemas menuju jalan lurus, dan Fhayyadh
            mengambil jalan kiri. Mereka merambah semak belukar,

            menyusuri padang ilalang, serta menyeberangi sungai.
                 Sebulan kemudian, di pinggir sebuah negeri,

            terdengarlah bunyi kokok ayam pertanda waktu subuh
            sudah menjelang. Rhaden istirahat dan duduk. Dari arah

            kejauhan dilihatnya sebuah bayangan putih berkelebat,
            semakin lama semakin mendekat. Ternyata itu adalah

            seorang kakek yang tua berbaju jubah putih, ia pun lalu
            menyapa kakek tersebut.

                 “Maaf,  Kek,  mengganggu  sebentar.  Kalau  boleh
            saya bertanya, apa nama daerah ini?” tanya Rhaden.

                 Jawab orang tua itu, “Oh Nak, daerah ini adalah
            daerah  tempat  para  ahli  agama  berkumpul  mencari

            ilmu. Beruntunglah engkau masuk ke sini. Di sini ada
            seorang kiai yang menjadi guru para pencari ilmu agama.

            Penduduk  di  sini  baik-baik  semua,  pekerjaan  mereka
            salat, mengaji, dan selalu berbuat amal kebaikan.

            Pendek  kata,  kerja  mereka  hanya  yang  diperintahkan
            Tuhan semata.”




                                          19
   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32