Page 32 - Sumsel- Kisah Tiga Pangeran
P. 32

sahutan, terdengarlah juga suara-suara manusia dan
            bau masakan yang lezat, seperti ada keramaian. Itu

            pertanda  sudah  dekat  dengan  sebuah  negeri  dan  ia
            akan menuntut ilmu di negeri tersebut.

                 “Nah, ini berarti saya telah dekat dengan pemukiman
            penduduk”, kata Fhayyadh dalam hati.

                 Lalu dia istirahat sambil memperhatikan keadaan
            sekeliling, mungkin saja ada orang yang lewat dan bisa

            ditanyainya agar dapat memasuki daerah tersebut.
                 Pucuk dicinta ulam pun tiba. Dari kejauhan ia melihat

            seorang laki-laki membawa ayam yang bertaji tajam di
            ujungnya. Dengan bersemangat Fhayyadh mendekati

            dan menyapanya. “Paman, boleh saya bertanya?”
                 “Oh, boleh, boleh...,” jawab lelaki tersebut sambil

            matanya memperhatikan Fhayyadh dengan awas, “ada
            apa?” lanjutnya.

                 “Saya ingin tahu, apa pekerjaan orang di negeri
            ini, Paman, dan apa nama negeri ini?” tanya Fhayyadh

            dengan penuh semangat.
                 “Hmm...,  begini  Anak  Muda.  Orang  dalam  negeri

            ini pekerjaannya berjudi, menyabung ayam, dan
            merampok, ini adalah negeri Sarang Penyamun. Tidak

            usah engkau masuki negeri ini, tidak baik untuk masa

                                         24
   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37