Page 17 - Sumbar-Asal Usul Danau Maninjau
P. 17

kekenyangan.  Saudara-saudaranya  pun  menertawai
            dirinya.

                 “Makanya, jangan rakus kau, Galapuang. Makanlah

            secukupnya saja,” nasihat Kukuban kepada adiknya itu.

            “Ayo, kita berangkat. Nanti fajar menyingsing.”

                 Udara pagi terasa sejuk. Matahari mulai mengintip

            sedikit  demi  sedikit  di  ufuk  timur.  Cahaya  menguning

            mulai  menyebar  di  lereng  Gunung  Tinjau,  menyinari

            sawah  dan  ladang  yang ada  di sana.  Berangkatlah

            Bujang  Sembilan  menuju  sawah  atau  ladang  masing-
            masing.  Mereka  sudah  membagi  tugas.  Sebagian

            mengerjakan  sawah,  sebagian  yang  lain  mengerjakan

            ladang.  Meskipun demikian,  mereka  selalu  bersama-

            sama, dalam suka dan duka. Kerukunan mereka sering

            membuat banyak orang iri.

                 Untuk  memenuhi  kebutuhan  hidup  sehari-hari,

            Bujang  Sembilan  bertani.  Mereka  menggarap  lahan
            pertanian  warisan  kedua  orang  tua.  Hasil  dari  sawah

            dan  ladang  peninggalan  kedua  orang  tua  mereka







                                         10
   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22