Page 43 - Misteri Telaga Warna
P. 43
“Tidak, Ayah. Dewi berani tidur di hutan,” tukas
putrinya dengan percaya diri.
“Baiklah, kalau begitu. Cepat minta bantuan Bunda
untuk mengemasi barang-barang yang perlu dibawa, ya.
Jangan lupa membawa makanan kesukaanmu, minuman,
dan juga baju hangat.”
“Baiklah, Ayah, terima kasih.” Sambil mengucapkan
kata-kata itu, Dewi Kuncung Biru mencium pipi ayahnya
yang sedang duduk.
Mendapat ciuman itu sang Prabu tersenyum. Di dalam
hati ia merasa gemas, tapi juga khawatir. Ia sebenarnya tidak
ingin mengajak putrinya itu berburu. Tapi, ia juga tidak
sampai hati untuk melarangnya dengan tegas.
Pada hari yang telah direncanakan, sang Prabu
berangkat ke hutan untuk berburu. Ia menaiki seekor kuda
hitam yang sangat gagah. Badannya tegap dan kulitnya
legam mengilat. Dewi Kuncung Biru duduk di atas pelana
kuda bersama ayahnya. Sambil mengikuti langkah kuda
berjalan, ia terus tersenyum sambil mengangguk-anggukkan
kepalanya. Di belakang kuda yang ditunggangi sang Prabu
dan putrinya tampak sepasukan prajurit mengiringinya.
Jumlahnya mungkin lebih dari dua puluh orang. Mereka
semua prajurit yang gagah berani dan sudah biasa mengawal
sang Prabu.
37