Page 12 - Riau - Mutiara dari Indragiri
P. 12

Puas  mandi-mandi  dan  bermain  di  sungai,  gadis-gadis  itu  pun  segera

                  naik ke darat. Mereka segera memakai baju dan bersiap-siap untuk pulang. Si
                  Bungsu pun telah selesai mencuci pakaian. Ia hanya mandi sekadarnya karena
                  kakak-kakaknya telah selesai semuanya. Bungsu tidak ingin kakak-kakaknya
                  menunggu dia terlalu lama.
                       “Ayo,  Bungsu, cepatlah sedikit.  Matahari  sebentar  lagi  terik,” panggil

                  kakak nomor dua.
                       “Iya, Kak. Aku sudah selesai. Aku berpakaian sebentar, Kak,” jawab si
                  Bungsu dan tergesa mengganti kain panjang basahnya dengan pakaian bersih.

                  Tidak  berapa  lama  mereka  pun  meninggalkan  sungai,  berjalan  beriringan
                  menuju rumah. Sinar matahari mulai terik. Tidak berapa lama lagi, bola besar
                  itu akan tepat berada di atas kepala mereka. Ternyata mereka cukup lama
                  berada di sungai.
                       Bungsu merasa  badannya  kurang  enak.  Beberapa  hari  lalu,  si Bungsu

                  menderita  demam.  Hari  ini  sebenarnya  si  Bungsu  belum  terlalu  sehat.
                  Ditambah lagi tadi dia harus mencuci pakaian dalam jumlah yang lumayan
                  banyak.  Badannya terasa sakit-sakit.

                        Matanya berkunang-kunang. Dengan sekuat tenaga si Bungsu menyeret
                  langkahnya  agar  bisa  sampai  ke rumah.  Sementara  itu,  keenam  kakak-
                  kakaknya  masih  melanjutkan  gurauan  dan  canda  mereka  di  sepanjang
                  perjalanan pulang ke rumah. Tidak ada yang memperhatikan kondisi bungsu
                  yang berjalan paling belakang.

                       Begitu sampai  di depan pintu  rumah,  si Bungsu sudah  tidak  kuat  lagi.
                  Bungsu terjatuh dan semua menjadi gelap. Kakak-kakak si Bungsu terkejut
                  melihat si Bungsu tiba-tiba jatuh dan pingsan.

                       “Ibu... Ibu... cepatlah ke sini. Bungsu pingsan, Bu,” teriak kakak kelima.
                  Ibu datang dengan tergopoh-gopoh.
                       “Bungsu...!” Ibu muncul dan menjerit melihat si Bungsu sudah tergeletak
                  di depan pintu.
                       “Aduh, Nak. Ada apa  denganmu,  Nak. Ibu kan sudah  melarang,  kamu

                  tidak usah ikut ke sungai. Kamu kan belum sehat betul, Nak,” ibu meracau
                  sambil menangis.
                       “Ayo, bantu Ibu mengangkat adikmu ke dalam. Jangan diam saja,” ujar

                  ibu kepada anak-anak gadisnya yang ikut jongkok mengelilingi bungsu. Gadis-
                  gadis itu  pun  bergegas  membantu  ibunya  mengangkat  si Bungsu.  Mereka
                  membaringkannya di atas balai-balai bambu. Ibu memegang kening Bungsu






                                                            3
   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17