Page 19 - Riau - Mutiara dari Indragiri
P. 19

pun segera pulang ke rumah. Bungsu kembali mereka perlakukan tidak adil

                  dengan memberikan ikatan kayu bakar yang paling besar dan paling berat.
                  Dengan  susah  payah,  akhirnya  Bungsu  pun  bisa  membawa  kayu  bakar  itu
                  sampai di rumah mereka.
                       Sang ibu yang telah menunggu dengan cemas, mendengar suara anak-
                  anaknya  di  luar  rumah,  segera  berlari  menyongsong  kedatangan  anak-

                  anaknya. Ia segera memeluk Bungsu yang telah meletakkan kayu bakarnya di
                  halaman samping rumah.
                       “Bagaimana keadaanmu, Nak? Engkau baik-baik saja selama di hutan?”

                       “Baik, Bu.  Kakak-kakakku begitu  sayang  dan  perhatian  kepadaku.
                  Aku senang  sekali  bisa  ikut  dengan  mereka,  Bu,” ujar  Bungsu  berbohong.
                  Bungsu tidak ingin ibunya tahu tentang apa yang telah dialaminya di hutan
                  tadi.  Si Bungsu tidak  ingin  ibunya  memarahi  kakak-kakaknya  karena  telah
                  memperlakukan Bungsu dengan tidak baik.

                       “Oh, syukurlah Nak. Ibu senang mendengarnya,” sahut ibunya dengan hati
                  yang lega. Keenam kakak Bungsu tertegun mendengar ucapan Bungsu. Mereka
                  tidak menyangka Bungsu akan berbohong kepada ibu mereka. Mereka berenam

                  pun lega dan berpikir dalam hati, Bungsu pasti takut kepada mereka, oleh sebab
                  itulah Bungsu berbohong kepada ibu mereka.
                       Bungsu menyembunyikan luka-luka di tangannya. Ia tidak ingin ayah dan
                  ibunya tahu apa yang terjadi. Sebelum tidur Bungsu berdoa, ”Ya, Tuhan, jika
                  kakak-kakakku telah berlaku salah kepadaku, sadarkanlah mereka ya, Tuhan.

                  Akan  tetapi,  jika  memang  aku  yang  telah  berlaku  salah  kepada  mereka,
                  hukumlah aku ya, Tuhan.”
                       Keesokan paginya, seperti biasa mereka bertujuh pergi mandi ke sungai.

                  Kali  ini  tidak susah  membujuk  ibu  untuk  mengizinkan  Bungsu  ikut  dengan
                  mereka. Cerita Bungsu pada ibu tentang perjalanan ke hutan kemarin telah
                  membuat ibu beranggapan baik kepada anak-anaknya. Ibu mulai mempercayai
                  kakak-kakak  Bungsu.  Di  bawah  hangatnya  matahari  pagi  mereka  berjalan
                  beriringan  menuju  sungai.  Menyanyi  di  sepanjang  jalan,  berkejaran,  dan

                  bercanda dengan riang.
                       Setelah sampai di sungai, mereka bertujuh bergegas mengganti pakaian
                  mereka dengan kain panjang. Mereka melilitnya setengah dada, lalu segera

                  menceburkan  diri  ke dalam  sungai.  Bungsu meringis  menahan  sakit  akibat
                  luka-luka di tangannya. Luka bekas goresan kayu-kayu yang ditebangnya di








                                                           10
   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24