Page 24 - Riau - Mutiara dari Indragiri
P. 24

keranjang dari anyaman bambu tempat mereka meletakkan hasil panen. Ayah

                  membagikannya kepada ibu dan anak-anak gadis.
                       “Ayah,  aku  mau  panen  kacang  panjang  ya,”  ucap  kakak kelima  begitu
                  menerima keranjang.
                       “Boleh. Akan tetapi, hati-hati ya. Jangan sampai ada yang patah,” ucap
                  ayah berpesan.

                       “Aku  panen  tomat,  ya  Yah,”  ujar  kakak kedua  dan  langsung  menuju
                  kebun tomat. Ayah mengangguk mengiyakan. Lalu, kakak-kakak Bungsu pun
                  memilih sendiri tanaman yang akan mereka panen. Hanya tananam cabai dan

                  semangka  yang  tidak  dipilih.  Bungsu  pun  menuju  kebun  cabai  dengan  ibu.
                  Berdua  dengan  ibu  Bungsu memetik  buah  cabai  yang  telah  merah-merah.
                  Sementara,  ayah  memetik  buah  semangka.  Mereka  bekerja  dengan  penuh
                  semangat karena ayah akan selalu memberi mereka uang setelah semua hasil
                  panen terjual di bandar dan di pasar kabupaten.

                       Dengan uang itu mereka boleh membeli apa yang mereka inginkan. Hanya
                  Bungsu  seorang  yang  memilih  menabungkan  uangnya.  Ayah  membuatkan
                  mereka masing-masing celengan dari bambu. Celengan itu panjangnya dua

                  jengkal tangan mereka. Lalu, ada lubang kecil tempat mereka memasukkan
                  uang.  Tiap-tiap  celengan  memiliki  nama.  Mereka  menyimpannya  di  bilik
                  satu-satunya di rumah mereka. Dari ketujuh celengan bambu itu, celengan
                  Bungsulah yang isinya sudah sangat penuh. Mimpi Bungsu dengan celengan
                  itu adalah membelikan ayahnya seekor sapi.

                       Keranjang-keranjang di samping mereka telah hampir penuh. Matahari
                  pun sudah mulai terasa terik. Sebentar lagi matahari akan berada tepat di
                  atas kepala mereka. Jika sudah begitu, ayah dan ibu akan menyuruh mereka

                  berisitirahat untuk makan siang.
                       “”Ayo,  Nak.  Tinggalkan  keranjang-keranjangnya.  Kita  istirahat  dulu
                  dan  makan  siang,” teriak  ayah  seraya  mengangkat  keranjang  yang  telah
                  penuh berisi semangka. Ayah meletakkannya di samping gubuk kayu. Gadis-
                  gadis cantik yang mukanya telah memerah itu pun bergegas meninggalkan

                  keranjang-keranjang mereka. Semuanya bergegas menuju pondok. Lalu, satu
                  per satu mencuci tangan di ember yang telah berisi air.
                       Ayah mengangkat keranjang itu satu per satu. Mengumpulkannya di dekat

                  keranjang semangka. Bungsu dan ibu pun menghentikan pekerjaan mereka,
                  lalu menyusul yang lainnya di gubuk.








                                                           15
   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29