Page 26 - Riau - Mutiara dari Indragiri
P. 26
Selesai memanen mentimun, mereka lanjutkan memanen terung.
Keranjangnya mereka gabung dengan keranjang mentimun karena buahnya
tidak terlalu banyak. Sebelum matahari sore benar-benar condong ke barat,
agen sayur dan buah dari bandar dan pasar kabupaten pun berdatangan.
Ayah pun menyerahkan keranjang yang telah berisi penuh dengan sayur dan
buah-buahan. Dan ayah pun menerima uang pembayarannya.
Kakak-kakak Bungsu yang tertidur bangun satu per satu. Setelah para
agen pergi membawa hasil panen mereka, ayah pun segera membagikan hasil
panen kepada anak-anaknya. Semua mendapat pembagian yang rata.
“Terima kasih, Ayah,” ucap mereka serentak. Mereka sangat senang
menerima uang hasil kerja mereka.
“Ayah, apakah besok Ayah akan ke pasar kabupaten?” tanya kakak ketiga
dengan penuh harap.
“Iya, benar. Besok Ayah dan Ibu akan ke pasar kabupaten untuk membeli
kebutuhan kita,” jawab ayah seraya mengelap keringatnya dengan handuk
kecil yang sudah sangat lusuh.
“Hore, besok kami ikut Ayah dan Ibu, ya,” teriak mereka dengan girang.
“Boleh, besok seperti pagi tadi, kita semua berangkat ke pasar kabupaten,”
ujar ayah dengan tersenyum. Semua merasa senang. Besok mereka akan
membeli barang-barang kebutuhan para gadis. Mereka membeli bedak, sisir,
sandal, dompet, dan lainnya.
“Ayo, kita segera pulang sebelum senja benar-benar turun,” ajak ibu yang
telah menenteng rantang. Ayah membawa keranjang yang berisi bermacam-
macam sayur dan buah-buahan. Lalu, mereka pun beranjak pulang ke rumah.
Di bawah matahari hari sore, di antara kicauan burung dan embusan angin
yang lembut, mereka berjalan beriringan melewati pinggiran hutan, barisan
pohon karet.
Sesampainya di rumah, ayam dan itik telah heboh menunggu di pintu
pagar bambu. Ini adalah waktu mereka harus masuk kandang. Meski masih
lelah dan capek, para gadis pun melaksanakan tugasnya masing-masing. Ada
yang mengangkat jemuran, ada yang membuka pintu kandang, dan ada yang
menggiring itik dan ayam masuk ke kandangnya. Suasana rumah yang tadi
sunyi mendadak menjadi hiruk pikuk karena kegiatan rutin mereka di sore
hari.
Setelah semuanya selesai, semuanya pun duduk di dalam rumah. Semuanya
duduk dengan kaki diselenjorkan. Barulah terasa capai dan lelahnya setelah
17