Page 28 - Riau - Mutiara dari Indragiri
P. 28
4
Sayembara Sang Raja
Keesokan paginya, mereka pun berangkat ke pasar kabupaten. Seperti
biasa, mereka ke mana-mana selalu berjalan kaki. Karena memang tidak ada
kendaraan di kampung mereka. Satu jam berjalan kaki, mereka pun sampai di
pasar. Pasar telah ramai oleh pembeli dan penjual. Menurut ibu, hari ini adalah
hari pasar besar sehingga pasar memang lebih ramai dari hari biasanya.
Ayah pamit pada ibu untuk pergi membeli tembakau. Biasanya ayah akan
duduk-duduk dulu sambil bercerita dengan penjual tembakau. Sementara itu,
mereka akan berbelanja kebutuhan mereka dan kebutuhan di rumah. Kakak-
kakak Bungsu telah sibuk mencari barang-barang yang mereka inginkan.
Ada yang membeli bedak, pewangi, sisir, ikat rambut, sandal dan dompet.
Uang pemberian ayah setelah panen kemarin memang mereka gunakan
untuk membeli apa-apa yang mereka sukai. Mereka mengumpulkan barang
belanjaan mereka dalam satu kantong. Bungsu hanya membeli sebuah ikat
rambut berwarna biru.
“Engkau hanya membeli ikat rambut, Nak?” tanya ibu kepada Bungsu.
“Iya, Bu. Ini sudah cukup,” jawab Bungsu dengan tersenyum.
“Belilah dompet atau sandal juga, Nak,” ucap ibu yang merasa kasihan
melihat kesederhaan Bungsu.
“Tidak usah, Bu. Aku masih punya dompet dan sandal yang bagus,” tolak
Bungsu lagi dengan yakin. Ibu tersenyum haru melihat anaknya yang satu
ini. Ibu tahu, seperti waktu-waktu sebelumnya, Bungsu pasti ingin menabung
kembali uangnya.
“Baiklah kalau begitu. Ayo, kita mencari kebutuhan untuk memasak
dan mencuci,” ajak ibu kepada Bungsu. Bungsu pun mengikuti langkah ibu
menuju penjual langganan mereka. Bungsu memang selalu menemani ibu jika
berbelanja kebutuhan harian mereka.
Ibu membeli minyak goreng, gula, garam, ikan asin, bawang merah dan
bawang putih. Dengan setia bangsu membantu mengangkat barang belanjaan
ibunya. Namun, mereka melihat ada kerumuman orang di sudut pasar. Mereka
19