Page 31 - Riau - Mutiara dari Indragiri
P. 31
Hati mereka terasa berdebar-debar membayangkan esok hari mereka akan
berada di istana. Bertemu dengan putri raja yang cantik. Mereka tidur dengan
senyum indah di bibir masing-masing.
Di antara kakak-kakaknya, Bungsulah yang paling tekun berlatih.
Bungsu bertekad untuk memenangkan lomba tersebut. Hadiah yang
diperoleh akan diserahkan kepada ayah dan ibunya. Bungsu ingin
membahagiakan kedua orang tuanya. Menurutnya, inilah kesempatannya
untuk membalas jasa-jasa kedua orang tuanya. Mereka telah mengurus dan
membesarkannya dengan penuh kasih sayang.
Bungsu juga ingin membahagiakan kakak-kakaknya. Jika ia menang,
Bungsu akan memberikan sebagian hadiahnya untuk kakak-kakaknya. Niat
dan tekad seperti itulah yang membuat Bungsu berlatih tanpa kenal lelah.
Ketika kakak-kakaknya telah tertidur di malam hari, Bungsu bangun dan
kembali memperbaiki rajutannya. Kian hari hasil rajutannya semakin indah
dan cantik.
Malam makin larut. Suara jangkrik dan angin malam terdengar lembut,
masuk lewat celah jendela dan pintu rumah. Suara khasnya telah menemani
Bungsu sejak ia masih kecil. Bungsu selalu tidur ditemani alunan suara alam
yang syahdu itu. Udara malam mulai terasa dingin. Rumah kayu itu hanya
diterangi oleh cahaya lampu damar. Kakak-kakak bungsu telah lelap dalam
tidurnya. Sementara itu, Bungsu masih juga asyik dengan rajutannya. Ini
adalah malam terakhir baginya berlatih merajut. Esok perlombaan itu akan
segera dilaksanakan. Bungsu ingin menggunakan waktu yang tersisa dengan
sebaik-baiknya.
“Bungsu, istirahatlah dulu, Nak.” Tiba-tiba ibu telah berada di samping
Bungsu yang sedang merajut.
“Iya, Bu. Ini tinggal sedikit lagi rajutannya selesai. Setelah itu, aku akan
segera tidur,” ucap Bungsu tanpa beranjak dari tempat duduknya. Matanya
tidak berkedip melihat benang dan jarum yang menari-nari di tangannya.
Irama jarum dan benang yang jalin menjalin menjadi simponi indah di telinga
Bungsu.
“Kakak-kakakmu telah tidur dari tadi. Ibu rasa hasil rajutanmu telah
memuaskan, Nak. Ibu yakin engkau akan keluar sebagai pemenang,” ujar Ibu
seraya mengusap rambut Bungsu.
“Iya, Bu. Semoga saja yang Ibu katakan itu menjadi kenyataan,” kata
Bungsu dengan senang. Bungsu senang ibunya mengatakan kalau ia akan
22