Page 37 - Riau - Mutiara dari Indragiri
P. 37
Bungsu menatap kepergian ayah dan ibunya dengan sedih. Sang putri raja
segera menarik tangan Bungsu dan mengajaknya ke taman istana. Tuan putri
membawa Bungsu ke sebuah taman bunga. Bungsu tertegun melihat taman
bunga yang begitu indah. Taman ini seperti taman yang ada dalam dongeng-
dongeng yang didengarnya dari sang ibu. Hari ini ia menyaksikannya sendiri.
“Ayo, Bungsu... kita duduk di ayunan itu,” ajak sang putri raja. Bungsu
bingung. Ia merasa serba salah. Tidak mungkin ia duduk sama-sama dengan
sang tuan putri, putri seorang raja. Sementara, ia hanya rakyat jelata.
“Tidak, Tuan Putri. Saya di sini saja. Tuan Putri saja yang duduk di sana,”
tolak Bungsu dengan lembut.
“Ayo, tidak apa. Jangan malu-malu.” Sang putri menarik tangan Bungsu.
Bungsu duduk di samping sang putri dengan bingung. Para dayang berdiri di
kiri kanan mereka.
“Bungsu, ceritakan tentang desa tempat tinggalmu,” pinta sang putri
dengan rasa penasaran.
“Ah, desa saya hanya desa kecil, Tuan Putri. Sebuah desa di pinggiran
sungai. Dikelilingi pohon-pohon nan teduh. Jika pagi hari, matahari bersinar
dengan hangat. Burung-burung beterbangan dari satu dahan ke dahan lainnya.
Suara kicauannya menjadi nyanyian alam yang begitu merdu. Embusan angin
selalu terasa sejuk.” Bungsu bercerita sambil memejamkan matanya. Ia
membayangkan keindahan desanya. Desa yang teramat dicintainya.
“Aduh, desamu indah sekali Bungsu. Aku ingin main ke desamu,” ujar
sang putri dengan riang. Bungsu kaget mendengar kata-kata sang putri.
“Ah, jangan, Tuan Putri. Desa saya sangat jauh dari sini. Istana ini seribu
kali lebih indah, Tuan Putri,” ucap Bungsu memcoba meyakinkan sang putri.
“Pokoknya suatu saat, saya akan main ke desamu, Bungsu,” suara sang
putri penuh keyakinan. Kebingungan Bungsu semakin menjadi-jadi. Apa yang
akan terjadi jika sang putri raja main ke desanya? Berkunjung ke gubuknya
yang sederhana? Bungsu tidak bisa membayangkan.
Sementara gadis-gadis lainnya berlarian dari satu taman ke taman
lainnya. Begitu juga dengan kakak-kakak Bungsu. Mereka akhirnya sampai
di dekat ayunan tempat sang putri dan Bungsu duduk. Alangkah kagetnya
mereka menyaksikan Bungsu dan sang putri yang terlihat begitu akrab.
Mereka benar-benar tidak menyangka dengan apa yang mereka lihat.
“Hai, kemarilah. Bermainlah ke sini,” ajak sang putri dengan ramah.
Putri raja begitu senang melihat sore ini begitu banyak gadis-gadis seusianya
28