Page 39 - Riau - Mutiara dari Indragiri
P. 39

6

                                    Perlombaan Masih Berlanjut







                       Pagi  mulai  menyingsing.  Suara  gaduh  mulai  terdengar  di  pendopo

                  kerajaan. Para gadis peserta lomba merajut berebut mandi. Tepat pukul tujuh
                  pagi, mereka sudah harus berada di ruang makan untuk sarapan pagi. Pukul
                  delapan, perlombaan hari kedua akan kembali dimulai. Bungsu telah selesai

                  mandi dan berpakaian rapi. Karena ia bangun paling awal dari peserta lomba
                  lainnya. Setelah selesai mandi, ia segera membangunkan kakak-kakaknya.
                       Seraya menunggu kakak-kakaknya selesai mandi dan berpakaian, Bungsu
                  duduk sambil memejamkan mata. Dalam hati Bungsu berdoa untuk kedua ayah
                  dan  ibunya  agar  Tuhan  melindungi  mereka.  Bungsu  sedih  membayangkan

                  kedua orang tuanya hanya tinggal berdua di rumah mereka yang terpencil.
                  Jauh dari masyarakat lainnya. Bungsu juga berdoa agar diberi kemudahan
                  oleh  Tuhan  untuk  menyelesaikan  rajutannya  dengan  baik.  Bungsu  berdoa

                  agar hasil rajutannya bisa memuaskan hati sang putri raja.
                       “Bungsu, kakak ingin bicara denganmu.” Tiba-tiba kakak sulung sudah
                  berada di samping Bungsu.
                       “Iya,  Kak,”  jawab  Bungsu  seraya  menatap  kakaknya  dengan  senyum
                  manis.

                       “Ayo, ikut aku,” ujar kakak sulung seraya menarik tangan Bungsu dan
                  membawanya ke sudut ruangan. Bungsu mengikutinya dengan patuh.
                       “Bungsu,  jika  nanti  rajutan  kita  selesai  dan  kita  disuruh  untuk

                  mengumpulkannya,  kita harus  bertukar  hasil  rajutan,”  ucap  kakak sulung
                  setengah  berbisik.  Ia  berkata  dengan  tatapan  tajam  seraya  menekan
                  memegang  pergelangan  tangan  Bungsu  kuat-kuat.  Bungsu  kaget  bukan
                  kepalang mendengar kata-kata kakak Sulungnya.
                       “Akan tetapi, Kak ... mengapa begitu?” kata Bungsu tergagap.

                       “Sudah!  Jangan  membantah!  Ikuti  saja  perintahku!”  pesan  kakaknya
                  dengan  nada  mengancam.  Pegangan  tangannya  semakin  kuat.  Bungsu
                  meringis kesakitan.

                       “Iya,  Kak,  terserah  Kakak  saja,”  ucap  Bungsu  dengan  pasrah.  Sulung
                  tersenyum puas.






                                                           30
   34   35   36   37   38   39   40   41   42   43   44