Page 45 - Riau - Mutiara dari Indragiri
P. 45
“Salam hormat buat Baginda Raja, Permaisuri, dan Tuan Putri. Salam
sejahtera buat para peserta lomba dan masyarakat yang hadir hari ini.
Izinkan saya mengumumkan pemenang dari lomba merajut baju hangat
untuk sang tuan putri.” petinggi yang gagah itu mengangguk memberi hormat
kepada raja, permaisuri, dan tuan putri. Baginda raja balas mengangguk,
mempersilakan petinggi itu untuk mengumumkan pemenangnya.
“Tuan Putri telah memilih satu karya yang sangat indah. Rajutan yang
begitu cantik dan rapi. Menurut tuan putri, baju hangat tersebut dirajut
dengan sepenuh hati,” petinggi itu kembali berhenti sejenak. Debaran di hati
para gadis peserta lomba semakin tak menentu.
“Pemenang lomba merajut baju hangat untuk Tuan Putri jatuh kepada
peserta dengan nomor 21!” suara petinggi kerajaan itu menggelegar. Bungsu
tersentak, itu nomor kakak sulung.
“Peserta dengan nomor 21 dipersilakan maju ke hadapan Tuan Putri
untuk menerima hadiah dan ucapan selamat dari Baginda Raja,” suara itu
terdengar begitu jauh bagi Bungsu. Mata Bungsu berkunang-kunang, tetapi
ia berusaha menguatkan dirinya. Kakak sulung maju ke depan dengan langkah
tegap. Tepuk riuh masyarakat yang hadir bergemuruh. Kedua orang tua
Bungsu juga hadir menyaksikan kemenangan anaknya. Mereka terpana, tidak
menyangka anak mereka akan menjadi pemenangnya. Sang ibu tidak dapat
menahan rasa harunya, air mata mengalir di kedua pipinya.
“Baginda Raja, Permaisuri, dan Tuan Putri, inilah pemenang lomba
rajut baju hangat untuk Tuan Putri. Saya persilakan Baginda Raja untuk
menyerahkan hadiah kepada sang pemenang,” suara itu terdengar sayup-
sayup di telinga Bungsu. Diam-diam Bungsu pergi meninggalkan halaman
istana. Ia tidak sanggup menyaksikan karyanya menjadi karya kemenangan
kakaknya. Hatinya terasa sakit.
Bungsu berjalan sambil menangis. Dilewatinya pohon demi pohon.
Bungsu ingin segera sampai di rumah. Bungsu ingin duduk di pinggir sungai,
menenangkan hatinya. Sungai selalu menjadi tempat ia mencari kedamaian. Di
sana Bungsu bisa bercerita tentang kesedihannya, dukanya, kekecewaannya.
Sementara di halaman istana, penyerahan hadiah berupa uang sedang
berlangsung. Raja didampingi permaisuri dan sang putri, menyerahkan
hadiah uang dalam jumlah yang cukup besar. Kakak sulung begitu gembira
menerimanya. Hatinya bersorak kegirangan. Apa yang dicita-citakannya
selama ini akan segera terwujud. Rumah baru di ibukota kerajaan, gaun-gaun
36