Page 50 - Riau - Mutiara dari Indragiri
P. 50
mengangkat piring-piring dan gelas-gelas kotor ke dapur. Kali ini mereka
mengerjakannya dengan senang hati. Mungkin karena hati mereka sedang
gembira. Bungsu ikut senang melihat semua kakak-kakaknya ikut membereskan
peralatan sarapan mereka dan membersihkan rumah.
“Bungsu, ini kami membelikan gaun untukmu. Semoga kamu menyukainya.”
Tiba-tiba kakak sulung menyerahkan sebuah bungkusan kepada Bungsu.
Bungsu menerimanya dengan gembira. Dengan tergesa dibukanya bungkusan
itu. Sebuah gaun berwarna biru muda yang sangat cantik.
“Wah, cantik sekali, Kak. Terima kasih, Kak,” ucap Bungsu dengan senang.
Bungsu menempelkan gaun itu ke tubuhnya. Kulitnya yang putih bersih terlihat
bersinar di balik gaun indah itu. Ibu yang melihatnya dari dapur ikut terpana.
Anaknya terlihat begitu cantik.
“Bungsu, kau cantik sekali, Nak,” ucap ibu dengan tulus. Kakak-kakak
Bungsu hanya senyum-senyum menyaksikan kegembiraan Bungsu.
“Iya, Ibu. Gaun ini indah sekali. Akan tetapi, kapankah aku akan bisa
memakainya. Aku kan tidak pernah ke mana-mana,” ucap Bungsu dengan
mimik sedih.
“Oh, tidak, anakku. Suatu saat engkau pasti akan memakai gaun ini untuk
sebuah acara yang luar biasa,” sahut ibu seraya memeluk Bungsu dengan
penuh kasih sayang.
“Ayo, simpan gaunnya baik-baik, ya,” ujar ibu sambil mengelus rambut
Bungsu dengan lembut.
“Mari kita segera ke sungai,” ajak kakak sulung dengan suara riang. Lalu,
mereka pun sibuk mempersiapkan perlengkapan untuk mandi dan mencuci di
sungai. Bungsu tidak mau ketinggalan. Hari ini ia ingin mandi sepuasnya dan
berendam dalam air sungai yang sejuk. Bertujuh mereka bergegas menuju
sungai. Mereka mencuci pakaian bersama-sama. Entah mengapa hari ini
mereka tidak menyerahkan cucian kepada Bungsu. Mereka membiarkan saja
Bungsu mandi, berendam, dan berenang di aliran sungai yang sejuk dan jernih
itu.
Menjelang tengah hari, mereka bertujuh pulang ke rumah. Ibu telah
menunggu mereka di depan pintu.
“Cepatlah berkemas. Tuan putri mengundang kalian lagi ke istana. Tadi
seorang utusan kerajaan datang ke sini,” ucap ibu seraya mengambil ember
berisi pakaian yang sudah dicuci.
“Kalian bersiap-siap saja. Biar Ibu yang menjemur pakaian ini,” ucap ibu
lagi.
41