Page 51 - Riau - Mutiara dari Indragiri
P. 51
“Memang ada apa, Bu? Mengapa tuan putri kembali mengundang kami?”
Perasaan kakak sulung menjadi tidak enak.
“Kalau tidak salah, tuan putri ingin dibuatkan gaun rajut lagi. Dia mau,
pemenang rajut baju hangat kemarin yang mengerjakannya,” ucap ibu dengan
penuh semangat. Ibu senang, salah seorang anak gadisnya akan memiliki
pekerjaan di istana. Kakak sulung tercekat.
“Akan tetapi, Bu ... kami baru saja kembali kemarin dari istana.” Kakak
sulung kembali berkata kepada ibu. Ada nada keberatan dalam nada suaranya.
Ibu sedikit heran. Harusnya, anak gadisnya ini merasa senang. Diundang
kembali ke istana. Siapa tahu ini adalah jalan bagi anaknya untuk bekerja
tetap di istana kerajaan.
“Sudahlah, jangan membantah perintah tuan putri. Engkau akan terkena
hal tidak baik nanti. Engkau ‘kan bisa mengajak adik-adikmu untuk turut serta
menemanimu ke istana.” Ibu mencoba menenangkan sang kakak sulung.
“Aku tidak ikut, Bu.” Tiba-tiba Bungsu berkata sambil bergegas masuk ke
dalam rumah.
“Bungsu, tidak boleh begitu. Kau harus ikut dengan kami,” kata kakak
sulung cemas seraya mengejar bungsu ke dalam rumah.
“Kak, tuan putri hanya menginginkan pemenangnya. Engkaulah pemenang
lomba merajut itu. Engkaulah yang berhak pergi ke sana,” ucap Bungsu
mengelak.
“Ayolah, Bungsu. Kita pergi bersama-sama ke istana. Apa yang akan kau
kerjakan sendirian di rumah.” Kakak kedua juga berusaha membujuk Bungsu.
Bungsu hanya diam.
“Tidakkah kau lihat betapa senangnya Ibu, Bungsu? Setidaknya ikutlah
dengan kami demi Ibu,” ucap kakak ketiga lagi mencoba meyakinkan Bungsu.
“Aku mohon, Bungsu. Demi ayah dan ibu, ikutlah dengan kami.” Kali ini
kakak sulung benar-benar memohon.
“Baiklah. Aku ikut dengan kalian,” ucap Bungsu lirih. Kakak sulung
bersorak kegirangan.
“Bu, kami akan segera berangkat ke istana.” Kakak sulung memberi tahu
ibu akan kepergian mereka.
“Ya, Nak. Kalian memang harus pergi memenuhi undangan sang tuan
putri,” ucap ibu seraya menghentikan pekerjaannya.
“Akan tetapi, Bu .... bagaimana Ibu akan mengurus rumah dan hewan
ternak kita sendirian? Siapa yang akan membantu, Ibu?” Bungsu merasa
sangat prihatin harus meninggalkan ibunya.
42