Page 56 - Riau - Mutiara dari Indragiri
P. 56

Hanya  Bungsulah  yang membuat  hal  seperti  itu.”  Sang  putri  melanjutkan

                  kata-katanya. Kakak sulung tidak tahu lagi seperti apa mukanya saat ini. ia
                  menundukkan kepalanya dalam-dalam.
                       “Aku  kembali  mengundangmu  ke istana,  dan  memesan  gaun  rajutan
                  kepadamu,  dengan  harapan  engkau  akan  mengakui  semuanya.  Aku  ingin
                  engkau berkata jujur sehingga aku lebih mudah untuk memaafkanmu,” ucap

                  sang putri lagi dengan nada bergetar menahan marah. Kakak sulung terisak.
                  Ia takut sekali akan mendapatkan hukuman. Badannya menggigil. Bungsu ikut
                  menangis. Bungsu begitu kasihan melihat kakak sulungnya menderita seperti

                  itu.  Bungsu  bisa  merasakan  ketakutan  kakak  sulungnya.  Hati-hati  Bungsu
                  meletakkan gaun rajutan yang hampir selesai itu. Ia berjongkok di hadapan
                  sang tuan putri.
                       “Tuan  Putri,  tolong  maafkanlah  kakakku.  Ia  memang  telah  melakukan
                  kesalahan. Akan tetapi, ia tidak mengambil hadiah itu untuk dirinya sendiri.”

                  Bungsu berkata di tengah isak tangisnya.
                       “Bungsu, mengapa engkau masih membela kakakmu? Bukankah dia telah
                  berlaku tidak adil kepadamu? Tidak, Bungsu, kakakmu harus mendapatkan

                  hukuman.  Ia  telah  mengelabui  semua  orang, mengelabui  aku,  mengelabui
                  raja. Baginda Raja tidak mungkin akan memaafkannya.” Sang putri berkata
                  dengan nada yang masih marah.
                       “Tuang Putri, jika memang kakakku akan dihukum, hukumlah aku. Biarkan
                  kakakku pulang ke rumah karena selama ini kakak sulungkulah yang mengurus

                  kedua orang tuaku. Aku mohon, Tuan Putri.” Bungsu memohon dengan suara
                  memelas.  Bungsu  tidak  akan  tega  menyaksikan  kakaknya  dihukum.  Kakak
                  sulung dan kakak-kakak Bungsu yang lain tersentak. Mereka tidak menyangka

                  Bungsu akan membelanya mati-matian seperti ini. Kakak sulung menggapai
                  Bungsu, lalu meluknya dengan deraian air mata.
                       “Tidak,  Bungsu.  Biarkan  aku  yang  menjalani  hukuman  ini.  Aku pantas
                  mendapatkannya, Bungsu. Selama ini aku telah bersikap tidak baik padamu,
                  Bungsu. Namun, engkau tetap membalasnya dengan sikap yang mulia. Aku

                  malu  padamu,  Bungsu.  Maafkan  aku,  Bungsu.”  Kakak  sulung  berkata  di
                  antara isak tangisnya. Bungsu memeluk kakaknya dengan hati sedih. Bungsu
                  sudah melupakan semua perlakuan tidak baik kakaknya. Bungsu tidak pernah

                  berhenti menyayangi kakak-kakaknya. Hanya merekalah yang Bungsu miliki.
                       Diam-diam sang putri ikut menangis menyaksikan adegan di depannya.
                  Sang putri menepuk pundak Bungsu dan kakak sulung.






                                                           47
   51   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61