Page 13 - Cerita Nome
P. 13
di sawah dan kebun, ibu Nome mengumpulkan ranting-ranting kayu di hutan.
Ibu Nome tidak menebang pohon untuk menjaga kelestarian hutan. Ia hanya
mengumpulkan ranting-ranting kering dari pohon-pohon yang tumbuh dalam
hutan. Ranting-ranting pohon itu dikumpulkannya sebagai bahan bakar untuk
memasak dan sebagian ranting dijualnya.
Hari itu, sebelum pulang ke rumah, ibu Nome mampir di sebuah kedai
kecil yang menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari. Ia hendak menemui
pemilik kedai. Ibu Nome tidak langsung menemui pemilik kedai, ia menunggu
sampai para pembeli selesai berbelanja. Ia menunggu di luar kedai. Setelah
mulai sepi, barulah ibu Nome masuk ke dalam kedai. Beberapa tetangga yang
berbelanja di kedai melihat kehadiran ibu Nome dan mereka menyapanya.
“Hai ibu Nome, apa yang ibu lakukan di sini? Apakah ibu Nome akan
berbelanja juga? Lalu, mengapa ibu hanya duduk di luar kedai?” tanya
tetangga ibu Nome.
“Saya memiliki keperluan dengan pemilik kedai. Oleh karena itu, saya
menunggu sampai semua pembeli selesai berbelanja,” sahut ibu Nome.
Seorang tetangganya yang lain mendekat ke arah ibu Nome dan ia
mengatakan sesuatu.
“Bu Nome, anak ibu si Nome, sudah mulai besar. Sudah saatnya ibu
meminta bantuannya untuk membantu menyelesaikan berbagai pekerjaan.
Kalau tidak dia mau menjadi apa? Apakah ibu mau dia menjadi orang yang
tidak memiliki pekerjaan dan penghasilan? Kerjanya hanya makan dan tidur.
Lalu pergi ke sana kemari tanpa adanya tujuan yang jelas. Hal itu tidak baik
untuk kehidupannya.”
“Ya Bu, saya akan mengingatkan Nome,” kata ibu Nome.
Sementara itu, beberapa pembeli lainnya terus berdatangan ke kedai.
Setelah kedai mulai sepi, barulah ibu Nome masuk ke dalam kedai.
“Bu War, apa saya boleh berutang beras? Beras di rumah sudah habis.
Hari ini ranting kayu yang saya kumpulkan di hutan tidak ada pembelinya.
Saya tidak memiliki uang sedikit pun. Apalagi sekarang musim sawah dan
kebun sudah selesai sehingga tidak ada pekerjaan yang dapat saya lakukan,”
kata ibu Nome kepada pemilik kedai.
Si pemilik kedai menghentikan kegiatannya menghitung uang yang baru
didapatkannya dari para pembeli. Ia melihat sekilas ke arah ibu Nome sebelum
melanjutkan kesibukannya kembali.
4